Bab 32

2549 Kata

Ruangan itu penuh ketegangan yang tak kasatmata. Aroma dupa dan keringat bercampur dalam udara, seperti sisa dari sebuah pernikahan yang tak pernah benar-benar diberkati. Lara berdiri di tengah aula masjid kecil itu, tubuhnya masih terbungkus gaun pengantin putih sederhana yang kini terasa terlalu berat. Dadanya sesak, bukan karena kebaya ketat, tapi karena sebuah pesan masuk yang baru saja membuat lututnya lemas. [Lara… ibumu masuk rumah sakit. Drop katanya. Dia pingsan tadi siang. Cepat ke RS Harapan Sehat.] Pengirimnya: Bu Narti, tetangga sebelah rumah yang selama ini sering membantu ibunya jika Lara tak ada di rumah. “Aku harus ke rumah sakit. Ibu... drop. Pingsan.” Suara Lara pecah. “Aku harus ke sana sekarang.” Belum sempat ia melangkah, suara Niko terdengar—datar, pelan, tapi

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN