Malu. Itu yang dirasakan oleh Marinka. Lelaki itu bahkan enggan menyentuhnya. “Jangan merendahkan diri kamu, Rin.” Marinka menyeka air matanya saat Niko menurunkannya dari atas pangkuanya. Lelaki itu meraih blous yang tadi ia kenakan dan menutup tubuhnya menggunakan blous tersebut. “Kamu istirahat aja di kamar kalau kamu memang mau istirahat. Aku ada beberapa urusan yang harus diselesaikan.” Marinka cepat-cepat memakai pakaiannya. Melangkah mengejar Niko yang melangkah hampir sampai di depan lift pribadinya. “Tunggu, Mas ….” Begitu saja wanita itu memeluk tubuh kokoh Niko dari belakang. Menyandarkan tubuhnya di punggung keras lelaki itu. “Maaf. Maaf kalau aku ganggu kamu.” Marinka mengendurkan pelukan tersebut. Membuat calon suaminya itu berputar menghadap dirinya. “Pasti aku beri