“Tolong minggir. Tolong jangan ganggu saya, Pak Niko.” Lara menunduk, berusaha menghindari tatapan laki-laki itu. Tapi, tubuhnya justru tertahan dalam dekapan kuat yang membuatnya nyaris tak bisa bernapas. Ia mendorong d a d a Niko, sia-sia. Tenaganya sudah terkuras, sementara Niko sama hanya bergeming. “Tidak akan,” jawab Niko dingin. Hanya dua kata, tapi tekanan dalam suaranya seperti palu godam, menghantam d a d a Lara. Ia tercekat. Ada sesuatu yang terbakar di dalam dirinya, amarah, ketakutan, dan rasa terhina yang membentuk luka tak kasat mata. Napasnya tersengal. Air matanya menggenang. Kepalanya tertunduk, berusaha menyusun kembali kendali yang runtuh. Namun, semakin ia berusaha tenang, semakin tajam luka di dadanya. Pria ini, terlalu dominan. Terlalu mendikte. Terlalu… memaksa