Sepuluh

1290 Kata
'Luka masa lalu, biasanya di sembuhkan oleh yang baru. Jadi, jangan pernah menutup hati terlalu rapat karna pernah terluka.' [Pernyataan cinta Maura] "Lo ngapain sih maksain diri kayak gitu?! Manfaatin ini karna gue udah bebasin lo buat pergi, Maura. Jangan pernah ngomong buat lanjutin pernikahan ini lagi, karna kalo lo lakuin itu, gue gak akan pernah ngelepasin lo lagi semudah ini." Ujar Farrel penuh penekanan. "Kalo gitu, jangan pernah lepasin gue." Ujar Maura yang berhasil membuat Farrel mendecih. "Gausah bercanda, ini bukan situasi yang lucu buat bercanda." "Gue cinta sama lo." Deg Jangan tanyakan bagaimana kecepatan detak jantung Farrel. Saat sadar apa yang baru saja keluar dari mulut gadis itu, pipinya langsung memerah malu. Ia langsung menutup wajahnya. Demi Tuhan Maura sangat malu. Untuk pertama kalinya Maura jatuh cinta, dan dengan bodohnya langsung mengutarakan dengan to the point. Memang Maura luar biasa. Gadis itu melirik Farrel sedikit, pria itu tengah menatap matanya dalam mencari kebenaran, apakah Maura bohong atau tidak. Maura malah kabur begitu saja meninggalkan Farrel karna sangat malu. Saking buru-burunya gadis itu hampir jatuh tersandung sebuah batu. Di sisi lain, Farrel tersenyum melihat kekonyolan gadis itu. °•° Farrel kembali ke perkumpulan orang tuanya. Disana sudah ada Maura yang meliriknya diam-diam melalu ekor matanya. Gadis itu masih terlihat salah tingkah, buktinya ia menutupi wajahnya dengan buku menu yang terbalik. Farrel terkekeh melihat itu, membuat semua ikut menoleh mengikuti arah pandang Farrel. Clarissa menggeleng-geleng melihat tingkah konyol putrinya. "Maura! Kamu ngapain sih baca menu terbalik kayak gitu?" Tegurnya, Maura langsung menaruh buku menu itu kikuk. "He-he.. eng-enggak, Ma," Lagi-lagi Farrel terkekeh diikuti oleh Kenzo, Nayla dan Sean. "Kayaknya pernikahannya bakal tetep lanjut deh Tante," ujar Farrel tiba-tiba pada Clarissa membuat semua pasang alis bertaut bingung. Bahkan mata Maura membulat. Sangat terkejut tapi didalam sana berteriak girang. "Loh, kamu bilang Maura udah punya pacar?" Tanya Nayla bingung. "Bakal Farrel tikung, Mi," ujar Farrel lalu terkekeh. Tak tahu ucapan itu mampu membuat darah Maura berdesir. "Loh? Padahal kemarin kamu kekeuh mau batalin pernikahan ini karna Maura udah punya pacar? Kenapa sekarang ada acara nikung?" Nayla benar-benar bingung. Farrel terkekeh. "Soalnya," pria itu melirik Maura dengan senyum menggoda, "Barusan, ada yang nyatain perasaannya ke Farrel, Mi," semua mengikuti arah pandang Farrel pada Maura dengan tak percaya. Apalagi Clarissa dan Kenzo. Mereka tahu betul putrinya memang berani, tapi tak tahu seberani sampai menyatakan perasaannya dihadapan seorang pria! Maura yang mendengar itu langsung bangkit berlari mendekati Farrel dan menutup mulut pria itu. Dengan keringat panas dingin Maura cengengesan pada para orang tua yang tengah menatapnya dengan tatapan menggoda dirinya. "Ekhem, jadi ini pernikahan tetep jadikan?" Tanya Clarissa memecah keheningan. Nayla terkekeh, "Diliat dari pasangan didepan kita yang udah semanis ini, kayaknya jadi, Jeng.." goda Nayla membuat Kenzo, Clarissa dan Sean terkekeh. Sedangkan Maura yang masih dalam posisi menutup mulut Farrel malah tersenyum kikuk, Farrel malah tersenyum dibalik tangan Maura. °•° Maura merebahkan tubuhnya dikasur besarnya. Huaaaaa!! Lo b**o, Mauraaa!! Maura berguling-guling dikasurnya. Ia menghela nafasnya kasar. Kalo kayak gini, gimana bisa gue nunjukin muka gue depan Farrel besok?! Mati gue. Maura menutup wajahnya dengan bantal, memaksa dirinya agar terlelap walaupun begitu banyak bayangan dirinya saat kejadian tadi sehingga sangat sulit untuk tidur. Persetan dengan segalanya. °•° Maura memasuki mobilnya. Ia menjalankan mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Menggigit ujung jarinya, sedikit takut bila nanti akan bertemu Farrel. Dirinya sangat berharap kalau dikampus nanti, sampai waktunya pulang pun semoga saja tidak bertemu dengan pria itu. Semoga saja. Demi Tuhan dirinya sangat bingung harus bagaimana bila sampai bertemu pria itu. Saat sudah sampai dikampus, Maura keluar dari mobilnya. Ia berjalan menelusuri koridor-koridor. Entah ia harus kemana karna jam ngampusnya masih ada beberapa menit lagi. Dan Farah dan Lala sudah masuk jam ngampusnya. Jadi mau tidak mau dirinya sendirian. "Maura!" Itu Kean. Maura berbalik menatapnya. "Apa?" "Udah sarapan?" "Lo gak ada niatan mau minta maaf sama gue?" Tanya Maura sinis. Kean menghela nafasnya berat. "Maafin gue, Ra." Maura manggut-manggut saja. Lalu ia hendak pergi, tapi Kean menahannya. "Please, izinin gue traktir lo. Sebagai permintaan maaf gue, okey?" Maura berpikir sejenak. Melihat wajah memohon Kean, akhirnya Maura mengangguk. Mereka pun pergi ke kantin memesan makanan. Sampai makanan datang dan menyantapnya, Kean terus mengajak Maura berbicara. Saking betenya dengan Kean, Maura hanya menjawab pria itu dengan jawaban singkat. Tiba-tiba Maura merasakan sebuah tangan merangkul mesra pundaknya. Maura hampir tersedak saat mengetahui orang itu adalah Farrel. Pria itu kini duduk satu bangku dengannya. Tolonglah, bangku ini untuk ukuran satu orang. Walaupun Maura tidak gendut, bisa dibayangkan betapa dekatnya dirinya dengan Farrel. "Farrel, sempit!" Pekik Maura jujur. "Sshhtt, calon suami kamu mau jagain kamu dari cowok-cowok buaya," bisik Farrel tapi sengaja tidak kecil agar Kean mampu mendengarnya. Kean bangkit. "Heh, bangun lo. Gue tau lo calon suaminya, tapi belom jadi suamikan? Jadi," Kean menatap Farrel tajam. "Minggir." Farrel terkekeh. Pria itu bangkit. Mendekati Kean hingga mereka saling berhadapan. Membuat para penghuni kantin riuh menjadikan mereka tontonan. Maura memiliki feeling buruk tentang ini, pasti selanjutnya akan terjadi perkelahian bila tidak segera dihentikan. "Lo yang harusnya minggir dari kehidupan Maura. Masih berani lo nunjukin muka lo depan dia setelah ngaku-ngaku jadi pacarnya. Urat malu lo putus, hm?" Ejek Farrel tajam membuat rahang Kean mengeras. Maura yakin, pasti Farrel tahu kalau ternyata dirinya dan Kean tidak berpacaran dari Mamanya, Clarissa. Maura menarik tangan Farrel. "Farrel, udah." Farrel tak menghiraukan. Pria itu masih menatap Kean tajam. Jangan harap Farrel akan diam saja setelah ditipu seperti ini. "Gak usah songong lo. Maura juga gak akan mau sama cowok yang udah ninggalin mantannya dimasa lalu. Cowok b******k kayak lo, mending jauh-jauh dari Maura." Tangan Farrel mengepal. Untuk pertama kalinya, Maura melihat Farrel seemosi itu. Memangnya benar yang dikatakan Kean hinggal Farrel se-sensitif itu? Buaghh Buaghh Buaghh Maura menutup mulutnya terkejut. Farrel menghajar Kean habis-habisan sampai Kean sama sekali tidak diberi kesempatan untuk membalas. "Farrel, berenti!" Pekik Maura. Bukannya perduli pada Kean, masalahnya Maura lebih perduli pada Farrel karna jika Kean seperti ini, Farrel lah yang akan dapat masalah. Farrel sudah seperti orang kesetanan. Pria itu masih terus menghajar Kean walaupun pria itu sudah terkapar lemas. Entah setan gila apa yang memasuki pria itu. Bahkan Rendi dan Dika, sahabat yang sering bersama Farrel itu sudah menarik-narik Farrel tapi sangat sulit karna tenaganya masih kalah telak. Entah inisiatif dari mana, Maura berlari mendekati Farrel. Gadis itu memeluk Farrel dari belakang. "Please, Farrel, udah." akhirnya, Farrel berhenti. Pria itu mengatur emosinya. Memang sepertinya hanya Mauralah yang bisa mengontrol emosi Farrel selain Maminya. "Jangan harap lo masih bisa hidup, setelah ngebicarain masalah hidup gue yang gak pernah lo tau kebenarannya, b******k!" Ujar Farrel tajam. Maura masih memeluk pria itu, kalau tidak, mungkin Farrel akan kembali menerkam Kean. Maura menarik Farrel menuju belakang sekolah. Ia mengajak Farrel untuk duduk. Farrel terlihat masih menahan emosinya. Pria itu masih mengatur nafasnya yang tak beraturan saking emosinya. Jujur, Maura penasaran sekali kenapa Farrel semarah itu saat membahas tentang mantannya? Lagipula Farrel kan yang meninggalkan? Jadi kenapa malah Farrel yang terlihat sangat kesal. Tapi Maura tak mau membahas itu disituasi Farrel yang sekarang. Tak sengaja, Maura melihat buku-buku jari Farrel memerah. Pasti setelah memukul Kean bertubi-tubi. Maura mengambil telapak tangan Farrel. Ia mengelusnya. "Please, jangan pernah berantem lagi, ya. Gue gak suka liat lo berantem," ujar Maura membuat Farrel melirik gadis itu. "Lo pasti udah nilai gue jelek setelah tau gue ninggalin mantan guekan?" Maura menggeleng cepat. "Apapun yang lo lakuin, gue selalu percaya sama lo. Jadi please.. Jangan pernah berantem lagi, okey?" Farrel menarik Maura ke dalam dekapannya. "Makasih, ya." Maura langsung menatap Farrel terkejut. "Lo bisa bilang makasih juga?" Kaget Maura lalu terkekeh. Farrel tersenyum geli, pria itu menarik gemas hidung Maura. "Ngeledek, ya," "Aduh Farrel sakit!" "Bodo," "Ih, nyebelin!" "Hahaha,"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN