'Untuk kali ini, aku akan menyembunyikan ego dibalik punggungku.'
[Pernikahan batal?!]
"APA?!!!! BATALIN PERNIKAHAN?!!!"
Uhuuk! Uhuuk!
Maura tersedak. Apa maksudnya ini?!
"...."
"Farrel, ini udah mateng banget loh acaranya. Kamu yakin mau dibatalin gini aja?!" Pekik Clarissa.
Maura mengambil gelas berisi air mineral untuk menetralkan sedakannya.
"..."
"Oke, emang lebih baik kita bicarain sekeluarga besok malem ya, supaya lebih jelas lagi."
"..."
"Okey, waalaikumsalam." Clarissa menaruh ponselnya ke sembarang.
Ia mengatur nafasnya.
Maura yang baru saja menaruh gelas menatap Clarissa dengan ekspresi sedikit kecewa. Ya, entah mengapa dirinya kecewa mendengar itu.
"Mama bisa tolong keluar gak? Maura ngantuk banget,"
Melihat raut wajah sedih Maura, Clarissa makin yakin sekali putrinya ini mulai mencintai Farrel. Dan sekarang pria itu malah ingin membatalkan, huft. Kenapa bisa jadi begini, ya Tuhan.
Clarissa pun keluar setelah mengelus puncak kepala putrinya lembut.
°•°
Keesokan harinya, Maura berangkat ke sekolah tanpa make up. Ya memang dia biasanya hanya memakai liptint dan sekedar bedak bayi. Tapi sekarang? Sepoles pun tidak. Hingga wajahnya terlihat pucat sekali.
"Sumpah ini Maura bukan sih? Lo pucet banget anjir," pekik Farah heran. Untuk pertama kalinya selama mengenal Maura, Farah melihat Maura tak se-energic biasanya.
"Au ah, gue males."
"Eh! Buruan woi ke lab. Pak Fino nungguin!" Pekik Lala yang tiba-tiba muncul.
Ia terlonjak ketika melihat wajah pucat Maura. "Ih, anjir Maura serem amat.." decaknya lebay.
"Sutt, ah. Gak usah bacot," jutek Maura membuat Lala langsung mencebik diam.
°•°
Maura berjalan menuju lab, tadi ia ke kamar mandi dahulu, jadi Farah dan Lala ia suruh duluan ke sana.
Maura berjalan sepanjang koridor hingga beberapa orang melihatnya dengan tatapan tak normal entah mungkin karna melihat Maura yang biasanya arogan dan pembuat onar malah jadi sepucat dan tak sebersinar biasanya.
"Apa liatin gue?! Gue colok mata lo semua, ya!!" Pekiknya membuat semua pasang mata itu mengalihkan pandangannya takut.
Maura kembali berjalan setelah mendengus kesal.
"Maura!"
Seseorang memanggilnya, suara seseorang yang kini malas Maura temui.
Maura pura-pura tak mendengar, gadis itu terus berjalan acuh.
Terdengar langkah kaki pria itu mengejar Maura. "Maura, berenti!"
Maura tak menghiraukan, sampai akhirnya Farrel menarik gadis itu ke sebuah tempat loker yang sepi.
Maura hendak pergi lagi, tapi Farrel mengunci tangan gadis itu dipojok tembok.
"Maura, lo kenapa sih!" Pekik Farrel heran.
"Lo yang kenapa!" Tukas Maura balik.
Farrel mendengus.
"Lo udah taukan soal batalnya pernikahan kita?" Tanya Farrel membuat Maura menatap tajam pria itu.
Karna tak melihat Maura akan bicara walau sekedar mengangguk, Farrel kembali bicara. "Sekarang lo bebas. Lo boleh pacaran sama Kean."
Alis Maura bertaut. Kok Kean?
"Gue gak mau nikah sama cewek yang suka sama cowok lain. Kean udah cerita semuanya," Farrel mendecih garing. "Anggap aja kita gak pernah kenal. Gue gak mau deket-deket sama cewek orang," setelah berkata begitu, Farrel pergi meninggalkan Maura yang diam kebingungan.
Apaan sih! Siapa coba yang pacaran sama Kean!
"Farrel!" Panggilnya tapi Farrel terlihat tak mau mendengar ucapan Maura.
"Ish, apaan sih!" Maura menggigit jarinya bingung.
Apa Kean yang ngomong enggak-enggak sama Farrel?
°•°
Percaya atau tidak, demi Farrel, Maura kini tengah mencari Kean hingga bolos pelajaran Pak Fino yang sebagian besar warga kampus tahu, kalau ia adalah dosen yang sangat suka membesar-besarkan masalah.
Maura sudah biasa lagi pula berurusan dengan dosen.
Gadis itu berlari saat melihat batang hidung Kean. "Kean!"
Kean berbalik. "Eh? Tumben nyariin aku, kenapa, Ra?"
"Lo ngomong apa aja sama Farrel?"
Kean menghela nafasnya. "Gue gak bilang apa-apa, cuman minta dia buat bebasin lo dari pertunangan itu karna lo gak suka sama dia. Benerkan?"
Maura mendecih. "Kalo gue suka gimana?"
Kean diam. Tapi terlihat rahang pria itu mengeras.
"Jangan bercanda, Maura." Decih Kean terkekeh garing.
"Gue serius."
Maura mendekati Kean. "Tolong jangan pernah ikut campur urusan gue lagi. Lo tau gue gimana kalo dibantah," setelah berucap begitu, Maura meninggalkan Kean.
Kean tahu sekali bila membantah gadis itu, maka dirinya akan sangat dibenci oleh Maura. Dan Kean tak mau dibenci Maura.
Pria itu menendang kesal kaleng yang ada didepannya.
°•°
"Mauraaa! Buruan, Nak. Papa tunggu dimobil ya," teriak Kenzo dari lantai bawah.
"Iyaaa, Pa!" Maura menatap dirinya dicermin.
Kenapa sih Farrel langsung ngelepas gue gitu aja pas tau gue sama Kean pacaran. Jahat banget. Lagian ternyata tuh cowok bloon ya, bisa-bisanya ketipu sama Kean.
Maura mencebik dihadapan cermin. Rasanya masih tidak percaya, kalau pernikahan ini akan dibatalkan.
Maura menarik nafas, lalu membuangnya pelan. Ia meraih tasnya, lalu menyelepangnya.
Ia pun turun dari tangga dan langsung keluar rumah memasuki mobil yang disana sudah ada Clarissa dan Kenzo.
Kenzo menghela nafasnya berat saat melihat raut wajah sendu putrinya melalui kaca spion.
"Kamu sih, Sa. Buat acara perjodohan kayak gini. Mereka masih labil banget, jadinya malah gak enak kayak gini." Ujar Kenzo.
"Justru karna mereka masih labil diumur yang udah dewasa ini, aku mau bikin mereka jadi lebih dewasa karna pernikahan ini, Kenzo." Cerca Clarissa kesal.
"Ya, gak gini juga."
"Kamu ini-"
Maura mendecak. "Stop, Pa, Ma! Maura lagi bete tau gak. Malah berantem coba,"
Clarissa dan Kenzo pun diam. Clarissa menghela nafasnya lelah.
°•°
Ternyata Farrel dan orang tuanya sudah sampai lebih dulu.
Nayla menyuruh Maura, Clarissa dan Kenzo duduk setelah bersalaman.
"Kita langsung ke intinya aja kali ya, Jeng?" Tanya Nayla pada Clarissa.
"Iya, aku udah denger kabar kok, kalo pernikahan ini mau dibatalin." Ujar Clarissa terlihat kecewa.
"Sebenernya, kemarin Farrel ngomong sama aku, kalo Maura itu udah punya pacar. Makanya aku sempet kaget. Aku juga gak mau maksain Maura buat suka sama Farrel, kayaknya kita udah terlalu maksain, Jeng.." ujar Nayla membuat Clarissa menghela nafasnya berat.
"Maura gak mau pernikahan ini batal." Tekan Maura yang berhasil membuat semua hening.
Brak
Farrel bangkit dan langsung menarik Maura pergi dengan kasar.
Awalnya Nayla menyusul, tapi Sean menahannya. Katanya biarkan mereka berdua menyelesaikan urusannya.
Saat sudah diluar restoran, Farrel melepas tangan Maura.
"Apaan sih tangan gue sakit tau gak!" Pekik Maura kesal.
"Lo ngapain sih maksain diri kayak gitu?! Manfaatin ini karna gue udah bebasin lo buat pergi, Maura. Jangan pernah ngomong buat lanjutin pernikahan ini lagi, karna kalo lo lakuin itu, gue gak akan pernah ngelepasin lo lagi semudah ini." Ujar Farrel penuh penekanan.
"Kalo gitu, jangan pernah lepasin gue." Ujar Maura yang berhasil membuat Farrel mendecih. "Gausah bercanda, ini bukan situasi yang lucu buat bercanda."
"Gue cinta sama lo."