'Bermain-main dengan orang yang salah, untuk pertama kalinya.'
[Farrel b******k]
Maura mendorong bahu Farrel. Menatap pria itu dengan tajam sebentar lalu bergumam, "Brengsek."
Maura langsung pergi meninggalkan semua kerumunan.
Farrel malah terkekeh. Ia mendekati Kean yang sedari tadi bungkam.
Dengan tampang sedikit sombong, Farrel menaikkan alisnya. "Gimana? Masih gak percaya?"
Rahang Kean mengeras.
Buaghh
Satu pukulan mentah mendarat tepat dipipi kanan Farrel. Farrel mendecih geli.
Kalau suasana hatinya sedang tak semenyenangkan ini, pasti Farrel sudah membalas habis-habisan. Masalahnya ia tak mau merusak suasana hatinya ini.
"Jaga jarak dari cewek gue ya, bro." Setelah menepuk pundak Kean, Farrel melewati pria itu dan pergi.
Kean hanya diam menahan emosinya. Dari awal memang Farrel terlihat arogan dimatanya. Sejak awal Kean mengajak pria itu ikut tim futsalnya dan di tolak mentah-mentah, Kean menjadi sangat yakin pria itu memang tak patut ia puji sekalipun kehebatannya dalam futsal. Kean menyesal.
Belum lagi sekarang. Pria itu merebut wanita yang sudah didambakan Kean sejak dulu. Disaat tinggal selangkah lagi, pria itu malah merebutnya dengan sangat mudah.
Kean benar-benar geram.
Farah dan Lala menghampiri Kean. "Gue duluan ya, Kak." Ujar Farah yang disahuti anggukan Kean.
"Heh! Bubar lo semua! Dasar bocah kepo!" Pekik Farah pada semua kerumunan yang mulai bubar satu persatu.
°•°
Maura menatap wajahnya dicermin. Kini ia tengah berada dikamar mandi.
Sesekali gadis itu menggelengkan kepalanya saat kejadian laknat tadi terngiang diotaknya.
Maura lo b**o! Kenapa tadi lo diem aja, s**t.
Maura memukul kepalanya sendiri. Kejadian tadi benar-benar gila. Sehingga Maura sulit melupakannya!
Farrel memang bukan tandingannya. Pria itu terlalu menyebalkan. Makanya Maura tak mau berurusan dengannya waktu itu. Tapi sekarang? Pria itu justru malah akan menjadi pasangan seumur hidupnya!
Tenang Maura. Lo gak boleh panik. Seorang Maura gak boleh kalah sama cowok macem Farrel. Lo gak boleh gugup cuman karna cowok b***t macem Farrel. Gak boleh!
Maura menarik nafasnya perlahan, lalu membuangnya.
Maura menatap yakin pada wajahnya dicermin. Lalu keluar dari kamar mandi.
Saat baru saja keluar pintu, Farrel menariknya.
Yap, pria itu dengan tanpa rasa bersalah menatapnya dengan senyuman miring. Dan seketika juga, keyakinan dan semangat Maura ambyar. Dirinya kembali gugup saat mata elang itu menatapnya.
"A-Apa?!"
Farrel terkekeh. "Lo salting?"
Maura terbelalak mendengar itu. "Seorang Maura gak pernah salting! Camkan!"
"Terus, kenapa gugup?" Tanya Farrel pura-pura tak tahu.
Maura mengepal tangannya geram. "Au ah! Sana jauh-jauh!" Maura hendak pergi tapi Farrel kembali menarik tangannya hingga kembali menghadapnya.
"Calon suami lo belom selesai ngomong, Maura." Godanya membuat Maura kembali terbelalak.
Tak sengaja Maura melihat lebam dipipi kanan Farrel. Gadis itu langsung menyentuh pipi Farrel. "Ini kenapa?" Tanya Maura lolos begitu saja dari lidahnya. Tak sadar kalau perhatian kecil seperti itu membuat pria dihadapannya ini tersenyum.
Farrel hanya menurut membiarkan Maura yang kini menariknya ke uks yang memang hanya berada di sebelah mereka.
Farrel disuruh duduk diranjang. Sedangkan Maura tengah mencari salep dilaci.
Ketemu.
Gadis itu menghampiri Farrel dan mulai mengoles pada lebam yang berada dipipi pria itu.
"Jangan buat gue jatuh sama lo, Ra." Gumam Farrel ditengah Maura mengoles salep.
Maura menautkan alisnya. "Jatuh?"
Farrel menatap Maura dalam. "Lo pasti tau apa maksud gue," Farrel bangkit karna Maura terlihat sudah beres. Maura masih menautkan alisnya heran.
Farrel langsung pergi meninggalkan Maura dengan wajah dinginnya.
Maura menatap kepergian Farrel heran.
"Tuh cowok kenapa sih?! Labil banget. Tadi ngeledekin gue terus. Sekarang malah dingin banget! Dasar nyebelin!" Pekik Maura kesal.
"Mana gak bilang makasih lagi abis diobatin orang cantik." Gumamnya, lalu Maura mengembalikan salep itu ke laci dan pergi meninggalkan uks.
°•°
"Ya ampun, Ra! Gue sih kalo jadi lo, bakalan baper punya suami seganteng dan se-gentle Farrel! Gila-gila gue kayak abis nonton drama korea live tau gak!" Pekik Lala yang membuat Maura mendelik.
"Berandai-andai mulu lo. Sono nikah sama kambing," ejek Farah membuat Lala mencebik. Lalu ia melirik Maura. "Btw, Ra. Lo emang nikah kapan sama si Farrel?"
Maura menghela nafasnya. "Bulan depan kata nyokap,"
"Lah?! Berarti dua minggu lagi dong?!"
"Sumpah?!!"
Pekik mereka. Maura mengangguk. "Nyokap gue sama Nyokap Farrel udah urus undangan sama tempat plus desainnya. Kalo gaun sama cincin mereka nyuruh gue sama Farrel yang pergi sendiri. Tapi si Farrelnya gak ngajak-ngajak tuh. Yaudah gue sih gak mau ngajak duluan, ogah." Gerutu Maura.
Farah terkekeh. Terlihat sekali Maura minta di ajak Farrel. Tapi Farrelnya tak peka pasti.
"Sumpah gue bakal kadoin peralatan baby titik! Ahahaa, supaya bisa liat debay, yuhuu," pekik Lala yang langsung berhasil mendapat toyoran Maura.
"Gue tonjok lo, ya! Udah ngomongin bayi aja! Lu pikir buatnya tinggal ngaduk santen sama terigu?!" Pekik Maura membuat Lala langsung cengengesan dengan dua jarinya bermaksud damai.
Maura menghela nafasnya. Kenapa gue jadi biasa aja pas pernikahan udah deket gini? Padahal dulu gue mati-matian nolak ini.
Maura menepuk kepalanya kesal. Jangan bilang dirinya mulai menerima Farrel! Jangan.
Tiba-tiba Maura teringat ucapan Farrel.
"Jangan buat gue jatuh sama lo, Ra."
Maura langsung melirik Farah. Lebih baik bertanya pada Farah yang otaknya lebih baik dari Lala.
"Fa? Menurut lo, umpama jatuh ke orang itu apaan maksudnya?"
"Jatuh ke orang? Apa ya," Farah berpikir sejenak.
Lala ikut berpikir keras juga walaupun tak akan muncul lampu berwarna kuning macam dikartun-kartun.
"Jatuh hati kali, Ra. Atau lebih tepatnya jatuh cinta?" Farah mengedikkan bahunya kurang yakin. "Maybe?"
Maura terbelalak. Jatuh cinta?! Pasti bukan itukan yang Farrel maksud? Bukan. Pasti bukan dan gak mungkin juga.
Maura menggeleng-geleng meyakinkan dirinya. Mana mungkin pria macam Farrel hampir jatuh pada Maura seperti yang dimaksud Farah. Jatuh cinta.
Mustahil.