'Hatiku sulit terbuka. Apalagi oleh orang asing. Tapi kenapa kau terlihat lihai sekali membukanya?'
[Situasi canggung]
Seorang wanita paruh baya hendak membangunkan Maura untuk ngampus.
Tiba-tiba Farrel datang. Ia sudah rapih dengan kaos hitam dan celana biru lautnya dengan motif sobek-sobek dan ditemani tas serut putihnya. "Biar Farrel aja yang bangunin, Bi."
Wanita paruh baya itu pun langsung mengangguk dengan senyum penuh artinya setahu kalau mereka adalah tunangan yang masih manis-manisnya.
Saat pembantu itu pergi, Farrel langsung memasuki kamar tersebut.
Ia tersenyum melihat Maura yang masih tidur dengan tenang. Farrel baru sadar, ternyata tunangannya secantik ini.
Pria itu menaruh tasnya dimeja. Ia mendekati Maura.
"Sstth, bangun. Udah pagi," Farrel menepuk pipi Maura pelan.
Maura mengulet. Saat membuka matanya dan melihat sosok Farrel ia langsung bangkit saking terkejutnya.
Ia lupa sedang berada di rumah pria itu. "Jam be-berapa?" Demi apapun. Sejak kejadian tadi malam, Maura jadi gugup berhadapan dengan Farrel.
"Jam 8,"
"Hah?!" Maura langsung berlari ke kamar mandi.
Farrel terbahak. "Tadi gue udah suruh supir gue beliin lo baju sama celana. Gue taro kasur," ujarnya lalu pergi.
₩₩₩
Maura menuruni anak tangga dengan wajah bete.
Ia menghampiri Farrel yang tengah sarapan di meja makan. Maura ikut duduk di sana.
"Farrel! Sekarang masih jam 6 tau, gak! Lo bohongin gue, ya?!" Semprot Maura yang sudah mendelik pada Farrel.
"Haha, makanya jadi orang jangan gampang di b**o-begoin,"
"Ih, rese!" Maura lansung pergi keluar begitu saja.
Farrel terkekeh. Entah kenapa ia terus tertawa bila melihat Maura. Gadis itu menjadi rekor penyenang dalam hidup Farrel.
Suruh siapa gadis itu terlihat manis saat Farrel kerjai.
Farrel mengambil kunci mobilnya. Ia keluar juga.
Di sisi lain, Maura keluar gerbang. Farrel benar-benar menyebalkan menurutnya.
Maura memang suka telat. Tapi tidak telat dua jam juga.
Tinn Tinn!
Maura melirik sang pengendara mobil yang telah mengeluarkan kepalanya keluar jendela. "Gak mau bareng, nih?"
Maura mencebik. "Gak!"
Farrel tak bisa menahan kekehannya. Benar-benar manis.
"Okey," Farrel menjalankan mobilnya meninggalkan Maura.
Maura terbelalak. "Udah gitu doang? Jahat banget sih jadi cowok! Masa ninggalin tunangannya sendirian! Guekan gak bawa mobil! Ngeselin!" Maura melanjutkan langkahnya dengan kesal.
Tapi tiba-tiba Farrel datang dan langsung menggendongnya ala bridal style dan membawa gadis itu masuk ke dalam mobilnya. Sebenarnya tadi Farrel hanya memutar arah. Sengaja ingin membuat gadis itu kesal. Suruh siapa terlalu gengsi sampai menolak tawaran tumpangannya.
"Ih, nyebelin! Gue kira lo penculik tau, gak?!" Pekik Maura yang sudah duduk di bangku samping Farrel.
"Gak ada yang mau nyulik cewek rese kayak lo," kekeh Farrel.
"Ih, lo tuh yang rese!"
Ting
Maura membuka ponselnya. Sebuah pesan masuk dari seorang pria.
Farrel terlihat melirik penasaran saat Maura senyum-senyum sendiri. "Dari siapa?" Tanya Farrel sambil fokus menyetir.
"Bukan urusan lo,"
Sett
Farrel merebut ponsel Maura begitu saja membuat Maura mencoba mengambilnya kembali. "Farrel balikin, gak!" tapi Farrel menjauhkannya dari Maura sambil membaca-baca pesan tersebut. Ia memberhentikan mobilnya.
Tertera nama 'Kean' di sana. Setahu Farrel, Kean itu adalah orang yang memaksa-maksanya untuk masuk tim futsal. Sayangnya Farrel lebih menyukai basket daripada futsal.
Dari pesan-pesannya yang menggombal terus, Farrel tahu pria itu mencoba mendekati Maura. Tapi kenapa Maura sepertinya senang sekali?
Farrel memblokir nomor pria itu membuat Maura langsung merebut ponselnya, tapi tetap gagal. "Farrel lo ngapain! Buka lagi gak blokirannya?!"
Farrel malah menaruh ponsel Maura ke dalam sakunya. "Gak usah genit. Udah punya calon suami, masih chattingan sama cowok."
Farrel menginjak pedalnya dengan kecepatan di atas rata-rata membuat Maura hanya mencebik kesal. "Yaudah pelan-pelan bawa mobilnya, Farrel."
Farrel tak menghiraukan.
Entah apa yang membuatnya begitu kesal. Dirinya sendiri pun tak tahu.
₩₩₩
"Ciee, yang berangkat sekolah bareng tunangan.. hm, deh." Goda Farah sambil terkekeh.
"Ih iri," cebik Lala.
"Apaan, gue bete tau gak. Dia itu rese banget! Hape gue aja di ambil tau, gak!" Pekik Maura kesal.
"Lah, kenapa?" Tanya Farah heran. Masalahnya pria sekaya Farrel tak mungkin menginginkan ponsel orang lain.
"Abis baca chattingan gue sama Kean, dia langsung blokir nomornya. Udah gitu hape gue si kantongin!" Gerutu Maura membuat Farah dan Lala langsung mengangguk paham.
"Jelaslah! Dia itu cemburu Maura sayang.." jelas Farah untuk Maura yang sangat tidak peka itu.
"Cemburu?" Maura mencernanya.
Lala mengangguk cepat. "Pasti tuh!"
"Haha, gak mungkin. Cowok kayak Farrel, gak mungkin cemburu sama gue. Gak, gak mungkin." Kekeuh Maura.
"Huft, terserah lo deh." Nyerah Farah. "Oh iya, udah lama nih kita gak ngerjain Nisa. Kuy, gak?" Ya, memang mereka senang sekali mengerjai salah satu gadis cupu yang bernama Nisa itu.
Maura tersenyum miring. "Only,"
₩₩₩
"Heh! Gue bilang gue minta beliin lollipop, bukan permen karet!" Tindas Farah yang kini sudah bangkit menoyor kening Nisa.
Maura hanya acuh. Ia tengah memperhatikan Nisa dengan kaki yang ia letakkan di atas meja.
"Ta-Tadi bukan-nya ka-kalian b-bilang permen ka-ret?! A-Aku bener-bener mi-minta maaf!" Pekik Nisa takut.
"Jadi lo nyalahin kita?!" Pekik Farah kesal.
Maura bangkit. Membuat Farah mundur dan membiarkan Maura mendekati gadis cupu itu.
"Buka baju lo di sini."
"H-Ha?!" Kejut Nisa.
"Itu hukuman lo."
"Ta-Tapi-"
"Oh, gak mau?"
Dengan takut, gadis itu hendak membuka kancing bajunya.
Terlihat sudah banyak para siswa-siswi yang menonton mereka. Apalagi para pria yang sudah memasang matanya lebar-lebar.
"Berenti!"
Tiba-tiba seorang pria yang sangat Maura kenal lagi-lagi menganggu aksinya.
Jika biasanya Maura kesal saat aksinya di ganggu oleh pria itu, tapi saat ini, entah mengapa Maura merasa sangat gugup saat pria itu melihat kelakuannya ini.
Pria yang mampu membuat Maura, sang trouble maker-nya Larvana, terlihat lugu hanya dalam satu malam!
Yang tak lain dan tak bukan adalah,
Farrel Elzargar Antony.
"Maura. Ikut gue!" Ujarnya tegas. Maura menolak. "Gak mau."
"Ikut gue, gue bilang!"
"Enggak!"
Tiba-tiba seorang pria menarik Maura ke belakangnya menjauhkannya dari Farrel.
Orang itu adalah Kean.
Suasana semakin mencekam. Belum lagi para siswa-siswi yang menonton pun ikut kebingungan dengan situasi ini.
"Jangan kasar sama cewek bisa?" Sergap Kean.
Farrel mendecih. "Gak usah ganggu urusan gue sama tunangan gue, bisa?"
Deg.
Semua hening.
Kalau saat itu Maura bilang hubungannya dan Farrel tak mau di ketahui karna Maura benar-benar malu saat orang lain tahu dirinya di jodohkan, tapi kenapa sekarang hatinya malah berdebar-debar melihat pengakuan macam itu dari Farrel?
Rasanya jantungnya akan copot. Belum lagi saat Farrel menatapnya dengan tajam hingga menusuk ulung hatinya.
Kean terkekeh. "Banyak emang cowok yang sering ngaku-ngaku hal kayak gitu ke Maura. Gak usah ngibul lo. Gak mungkin kan, Ra?" Kean melirik Maura sekilas lalu terkekeh.
Rahang Farrel mengeras melihat Maura yang hanya diam saja.
"Kita liat aja. Kalo hal yang akan gue lakuin, Maura lansung tolak, tandanya gue bohong. Tapi kalo enggak, artinya-" Farrel menatap Maura dalam. "-gue bener."
Semua diam melihat Farrel yang melangkah mendekati Maura.
Langkah Farrel berhenti tepat di hadapan Maura.
Dan--
.
.
Cup.
.
.
Mata Maura terbelalak saat bibir Farrel menempel di pipinya.
Semua hening dan juga sama terkejutnya. Apalagi Kean, Farah dan Lala.
Tangan Kean mengepal saat melihat tak ada penolakan dari Maura.
Sialan!