Lyla duduk di ujung sofa dengan ponsel masih tergenggam erat di tangannya. Ia baru saja menutup telepon yang gagal tersambung—untuk kesekian kalinya—ke nomor Arman. Layar ponsel hanya memperdengarakan suara operator. “Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif.”
“Sial!” desisnya sambil menekan tombol ulang panggil, meski ia tahu hasilnya akan sama. Sudah beberapa hari ini ia mencoba menghubungi pria itu, namun tak ada satu pun tanda keberadaan Arman.
“Ke mana dia sebenarnya pergi sampai sekarang nomornya belum aktif juga?” gumamnya dengan nada geram. Ingatannya kembali pada saat-saat ia membutuhkan dukungan, terutama ketika ia melahirkan—momen yang seharusnya tidak ia jalani sendirian. Namun, Arman tidak pernah muncul. Tidak ada ucapan, tidak ada kabar, bahkan sekadar pesan singkat pun tida
