Calista masih terdiam seribu bahasa ketika tahu yang menelpon dirinya adalah Darrell David Lewinsky. Laki-laki yang benar-benar membuat Calista sampai detik ini tak pernah dekat dengan laki-laki manapun. Dan laki-laki yang dahulu Calista inginkan menjadi suaminya jika di masa depan nanti. Tapi semuanya hancur ketika ia harus mengetahui sebuah rahasia buruk yang membuatnya harus pergi dan membenci laki-laki itu.
"Baby I really miss you," kata Darrell yang kembali mengatakan kata cinta kepada Calista.
Setelah berhasil menetralkan dirinya Calista pun kembali mengambil ponselnya. Dan bersiap untuk bicara dengan Darrell.
"Tuan Darrell Lewinsky ada apa anda menghubungi saya? Jika anda bertanya soal masalah pekerjaan anda bisa langsung menghubungi bapak Julian Ferdinant ataupun anda bisa menghubungi sekretaris saya untuk bertanya lebih lanjut," jawab Calsita dengan suara yang profesional.
Walaupun hubungan antara dirinya dan Darrell tak begitu baik tapi perusahannya dan juga perusahaan milik Darrell memiliki sebuah kerjasama yang tidak bisa dihindari. Selama ini perusahan miliknya dan juga milik keluarga Lewinsky tak pernah memiliki kerjasama apapun. Tapi klien meminta perusahan miliknya dan juga milik keluarga Lewinsky untuk bekerjasama. Project ini adalah pembuatan hotel dan resort di daerah Ubud di Bali. Sebenarnya Calista ingin menolak tapi tawaran yang ditawarkan sangat menggiurkan dan lumayan besar untuk perusahaan. Sehingga Calista secara berat hati menerima tawaran itu. Dan sekarang project itu Calista serahkan kepada Julian untuk mengurusinya.
"Baby, kenapa kamu jadi sedingin ini? Apakah sudah gak ada perasaan lagi buat aku? Karena sampai detik ini aku tak pernah bisa melupakan kamu. Aku masih sangat mencintai kamu. Tidak bisakah kamu memberi aku kesempatan? Suara Darrell terdengar sangat memelas.
"Maaf jika anda membicarakan selain urusan pekerjaan maka saya tidak bisa berbicara dengan Anda. Jika anda kurang jelas bisa langsung tanyakan ke bapak Julian Ferdinant karena sekarang dia yang bertanggung jawab atas proyek bersama antara perusahan saya dengan perusahaan milik anda," jawab Calista tetap dengan nada profesional.
Dan tak menunggu lama lagi Calista langsung menutup telepon dari Darrell. Karena ia tak ingin lama-lama berurusan dengan Darrell. Apalagi ia sedang bersiap-siap untuk melakukan perjalanan menuju Italy.
Sementara itu di tempat lain Darrell masih melihat nama Calista di layar ponselnya. Setelah ia berada di rumah sang kakek, Darrell memutuskan untuk pulang ke rumah. Dan sesampainya di rumah ia ingin sekali mendengar suara Calista. Karena hari ini adalah hari yang berat bagi Darrell. Ia harus membuat keputusan yang membuat beberapa orang di perusahan harus kehilangan pekerjaannya. Selain itu ia sudah membuka genderang perang dengan anggota keluarga Lewinsky yang lain. Terutama dari keluarga istri pertama sang papa yang terlihat sangat membenci dirinya. Jadi entah kenapa tangannya langsung bergerak untuk menekan nomer ponsel Calista. Walaupun ia tahu jika ia menelpon Calista maka hanya penolakan yang akan ia dapat. Tapi ia tak peduli dan memilih untuk sekedar mendengar suara Calista walaupun dengan nada yang ketus.
"Cal sampai kapan kamu terus membohongi dirimu kamu sendiri? Apakah kamu tidak bisa berdamai dengan diri kamu sendiri?" tanya Darrell sambil memandang wajah Calista yang ada di ponselnya.
Darrell pun memilih untuk memejamkan matanya karena ia benar-benar butuh tidur saat ini. Ia mau melupakan sejenak semua masalah yang sedang ia hadapi saat ini. Dan ketika ia bangun esok harinya ia akan dengan mudah mengahadapi hari buruk yang lain lagi.
Calista masih menikmati secangkir kopi dan croissant untuknya sarapan. Saat ini ia sedang berada di bandara itnhj terbang ke Italy. Tak membutuhkan waktu yang lama untuk Calista sampai di Italy. Tapi Calista memilih untuk mengisi perutnya terlebih dahulu sebelum nanti ia naik pesawat.
"Liliana maaf mengganggu malam kamu. Saya cuma mau tanya apa ada masalah di kantor selama saya tidak ada? Dan apakah Julian bisa bekerja dengan baik?" tanya Calista di sambungan telepon kepada sekretarisnya.
"Semua berjalan dengan lancar Bu. Sejauh ini tidak ada masalah yang berarti. Dan pak Julian juga bisa mengatasi semua masalah yang ada. Bahkan kemampuan pak Julian dalam urusan pekerjaan juga sudah jauh lebih baik. Jadi ibu tidak usah khawatir," jawab Liliana dengan nada yang sopan.
Calista bisa tersenyum lega ketika mendengar kata-kata yang Liliana ucapkan. Apalagi mendengar jika sang adik bisa melakukan pekerjaan dengan baik. Walaupun sang adik belum memiliki banyak pengalaman tapi setidaknya Calista tahu bagaimana kemampuan sang adik. Ia adalah seorang laki-laki yang jauh lebih dewasa dari penampilannya. Walaupun terlihat cuek dan berantakan tapi Julian memiliki otak yang cerdas dan pandai bereksperimen. Jadi Calista tak merasa menyesal pergi berlibur dan meninggalkan perusahan kepada sang adik.
"Ok Liliana. Kamu terus dampingi Julian terus. Beri apapun yang ia butuhkan untuk kemajuan perusahaan. Dan kamu juga selalu kasih saya kabar tentang perkembangan perusahaan." Calista pun memberi perintah kepada Liliana.
"Baik Bu Liliana. Saya akan mengirim semua hasil perkembangan perusahan melalui email. Dan saya pastikan semuanya akan berjalan baik-baik saja," jawab Lilian mengerti.
"Ok Liliana. Saya harus masuk pesawat sekarang. Kalau kamu perlu apapun bisa langsung menghubungi saya, "kata Calista sebelum mengakhiri teleponnya.
Setelah menutup teleponnya Calista segera menghabiskan kopi dan croissant miliknya karena pesawatnya akan segera berangkat. Selama penerbangan Calista benar-benar merasa tenang karena perusahan berjalan dengan lancar. Walaupun sang adik masih baru tapi ada Liliana yang akan terus membantu Julian kapanpun. Dan Calista tahu benar bagaimana kinerja Liliana. Liliana sudah bekrjan dengan dirinya 3 tahun terakhir. Dan Calista tak pernah bermasalah dengan kinerja yang ditunjukkan Liliana. Ia selalu mengerjakan pekerjaannya dengan sangat baik. Bahkan ia bisa mengerti apa yang harus ia lakukan tanpa dirinya mengatakan panjang lebar. Dan itu benar-benar membuat Calista merasa terbantu dengan kehadiran Liliana. Jadi ia pun tak rugi memberikan gaji yang besar kepada Liliana. Karena ia tahu benar kemampuan yang dimiliki Liliana.
Calista menikmati perjalannya menuju Italia. Ia selalu suka jika pergi ke Italia. Dan ia akan benar-benar menikmati jalan-jalannya di Italia.
Pagi pun menjelang dan sinar matahari mulai masuk dari celah-celah jendela kamar seseorang. Dan sang pemilik kamar masih terlelap tidur di balik selimutnya. Sampai bunyi alarm membangunkan dirinya. Setelah mematikan alarm laki-laki itu masih duduk di ranjangnya sambil memulihkan kesadarannya. Jam masih menunjukkan pukul 6 pagi ketika laki-laki itu bangun dari tidurnya. Setelah di rasa kesadarannya pulih ia pun segera bangkit dari ranjang dan mencuci mukanya. Sebelum laki-laki itu pergi bekerja ia selalu melakukan joging dahulu minimal 1 jam untuk membuat badannya fit. Terkadang jika tidak lari ia akan pergi ke gym. Tapi sepertinya cuaca di luar cukup mendukung untuk lari pagi. Jadi laki-laki itu memilih berolahraga dengan lari pagi. Dan laki-laki itu adalah Darrell David Lewinsky.
Darrell segera keluar dari apartemen miliknya dan berlari di sekitar daerah apartemen miliknya. Berolahraga seperti ini selain membuat badannya sehat tapi juga bisa membuat pikirannya menjadi jernih karena ia bisa menghirup udara segar seperti ini. Berolahraga seperti ini lagi-lagi mengingatkan dirinya kepada Calista. Karena Calista sama seperti dirinya. Mereka sama-sama suka berolahraga. Bahkan dulu ketika mereka masih bersama mereka selalu menghabiskan bersama dengan berolahraga bersama. Jika tidak joging seperti ini maka mereka akan pergi ke tempat gym untuk berolahraga disana. Ia ingin lagi mengulangi semua momen indahnya bersama Calista. Dan Darrell yakin nanti ia akan merasakan momen berolahraga bersama lagi.
Sementara itu Calista sudah sampai di Italia dan sekarang ia sudah berada di taxi untuk membawa dirinya ke hotel yang sudah ia pesan. Sepanjang perjalanan ia begitu menikmati pemandangan dan suasana kota Italia yang begitu asri. Dan benar-benar membuat Calista tak bisa menyembunyikan senyum manisnya. Dan tak membutuhkan waktu yang lama lagi Calista akhirnya sampai di hotel yang sudah ia pesan. Setelah membayar biaya taxi, Calista pun segera masuk ke hotel dimana ia akan tinggal beberapa hari disini. Dan ketika ia akan check in tiba-tiba ada yang memanggil namanya.
"Calista." Seseorang terdengar memanggil namanya.
Calista pun berbalik untuk tahu siapa yang memanggil namanya. Dan ketika ia berbalik betapa kagetnya ia ketika tahu siapa yang memanggil namanya.
"Adam," kata Calista ketika tahu siapa yang memanggil namanya.
Hmmmm kira-kira Adam siapa ya??
See you next chapter...
Jangan lupa kasih lovenya yaa biar bisa update setiap hari.....
Happy reading.....