Di sebuah kamar hotel yang masih gelap tampak seorang wanita terlelap tidur. Dan sudah sedari tadi ponselnya terus berbunyi. Tapi wanita itu seakan tak mau bangun dari tidurnya. Hingga akhirnya ia menyerah karena ponselnya terus saja berdering. Dengan mata yang masih tertutup wanita itu pun segera mengambil ponselnya dan tanpa melihat siapa yang menelponnya ia pun langsung mengangkat telepon itu.
"Halo," kata Calista dengan mata yang terpejam.
"Ya ampun Calista Ferdinant kamu kemana aja sih dari tadi aku telepon gak di kawan-kawan," kata seseorang di ujung telepon dengan nada sebal.
Calista pun langsung membuka matanya untuk melihat siapa yang menelpon dirinya. Dan ternyata yang menelpon dirinya pagi buta seperti ini adalah Audy sahabatnya sendiri.
"Habis kamu telepon aku tengah malam gini jadi gak aku angkatlah. Ada emangnya kamu telepon aku kayak gitu. Ada hal yang penting? Jangan bilang kalau kamu berhasil menang kasus lagi" tanya Calista balik.
Audy Hapsari adalah seorang pengacara yang cukup terkenal di negeri ini. Dengan gayanya yang tegas dan lugas tak khayal membuat para musuhnya kalang kabut di buatnya. Dan hampir semua kasus yang ia tangani selalu sukses besar. Jadi tak heran jika sahabatnya ini mendapatkan uang yang banyak dalam pekerjaannya sebagai seorang pengacara.
"Calista aku baru aja dengar jika Darrell mengalami kecelakaan. Dan dari info yang aku dengar luka Darrell cukup parah. Bahkan harus segera dilakukan tindakan yang cepat kalau tidak mau terjadi sesuatu yang buruk," kata Audy dengan nada yang menggebu-gebu.
"Apa???"
Calista langsung bereaksi terkejut ketika mendengar berita yang baru Audy katakan padanya. Darrell mengalami kecelakaan dan keadaannya sangat memprihatinkan. Ingin rasanya Calista terbang ke Indonesia dan melihat secara langsung kondisi Darrell tapi egonya membuat dirinya mengurungkan niatnya itu.
"Kamu telepon aku kayak gitu cuma mau bilang jika dia mengalami kecelakaan. Aku gak peduli karena antara aku dan dia tidak memiliki hubungan apa-apa lagi. Jadi Audy jangan pernah kamu telepon aku kalau cuma memberi kabar tentang laki-laki itu. Aku sudah tak ingin berurusan dengan dia lagi kecuali soal pekerjaan," kata Calista penuh penekanan.
"Are you serious Cal? Karena sebagai seorang sahabat aku tahu kalau kamu masih mencintai Darrell. Dan apa yang kamu lakukan saat ini hanya sebagai kamuflase saja. Jadi please Cak jangan berpura-pura lagi. Aku tahu kalian masih saling mencintai satu sama lain. Jadi singkirkan semua ego yang kamu punya dan jujur dengan perasaan kamu sendiri." Audy mencoba menasehati Calista.
Calista sempat terdiam mendengar kata-kata dari Audy. Tapi lagi-lagi egonya mengalahkan semuanya.
"Audy kalau gak ada yang mau diomongin lagi aku tutup teleponnya. Aku masih ngantuk dan sekarang aku butuh tidur," kata Calista mencoba mengakhiri pembicaraan.
"Hahhh...."
Audy hanya bisa menghela nafas jika sahabatnya sudah berkata seperti itu. Sahabatnya ini benar-benar keras kepala. Tapi sebenarnya ia tahu jika sahabatnya ini pasti sangat khawatir dan ingin tahu lebih detail kondisi Darrell tapi karena egonya itu membuatnya memendam semuanya.
"Ya udah terserah kamu aja. Yang penting aku udah kasih tahu soal ini mau kamu peduli atau enggak itu semua urusan kamu. Tapi kalau aku boleh kasih nasihat sebaiknya kamu lebih jujur sama perasaan kamu sendiri," kata Audy memberi saran.
"Aku tutup teleponnya ya. Aku mau tidur lagi. Besok aku telepon lagi." Calista pun langsung menutup teleponnya.
Calista masih saja terdiam walaupun telepon dari Audy sudah ditutup. Air mata menetes dari mata indahnya. Sedari tadi dia sudah berusaha untuk tak menangis ketika Audy menelpon dirinya. Hatinya benar-benar hancur ketika mendengar Darrell terluka seperti itu. Ia tak bisa membohongi dirinya sendiri kalau ia masih sangat peduli dengan Darrell. Dan sekarang ia sangat khawatir dengan keadaan Darrell. Bahkan ia ingin berada di samping Darrell dan menggenggam tangan Darrell. Tapi karena semua yang terjadi diantara mereka membuat mereka tak bisa bersatu. Dan sisa malam hingga dini hari itu Calista tak tidur sama sekali. Karena ia terus saja menangis ketika mengetahui bagaimana keadaan Darrell yang sedang terluka saat ini.
Sementara itu di depan ruang operasi tampak Roberto Lewinsky dan juga Danny sedang duduk disana karena harus menunggu Darrell menjalankan operasi. Akibat kecelakaan itu membuat dokter harus melakukan tindakan operasi. Keadaan Darrell bisa dikatakan cukup serius karena setelah dilakukan pemeriksaan ternyata tangan kanan Darrell patah dan badannya penuh lebam. Serta terjadi benturan di kepala yang membuat ada pendarahan disana.
"Tuan Roberto sebaiknya pulang saja biar saya yang menunggu operasi tuan Darrell sampai selesai," kata Danny memberi saran.
"Tidak apa-apa Danny saya hanya ingin tahu keadaan Darrell secara langsung. Danny apakah kamu sudah tahu siapa yang melakukan hal ini kepada Darrell?" tanya Roberto pada Danny.
"Masih dalam penyelidikan tuan Roberto. Saya sudah memerintahkan orang-orang kita untuk mencari tahu siapa yang melakukan ini kepada tuan Darrell. Jika sudah info lebih lanjut saya akan memberitahu kepada anda," kata Danny menjelaskan.
Roberto pun mengangguk tanda mengerti. Dan ia pun kembali menunggu dengan cemas keadaan Darrell.
Hampir 1 jam lebih Roberto dan Danny menunggu di depan ruang operasi. Mereka menunggu Darrell yang sedang di operasi. Hingga tak lama dokter pun keluar dari ruang operasi. Ketika melihat itu Roberto pun langsung berdiri dan berjalan menghampiri sang dokter.
"Dokter bagaimana keadaan cucu saya?" tanya Roberto langsung.
"Operasi berjalan dengan lancar. Tangan kanannya yang patah berhasil di operasi. Serta untung saja pendarahan di otaknya tak begitu parah. Untuk saat ini kondisi pasien sudah jauh lebih baik. Tinggal kita tunggu masa pemulihan saja. Dan saya juga harus terus memantau perkembangan keadaan pasien pasca operasi," kata dokter menjelaskan.
"Pokonya lakukan yang terbaik buat cucu saya. Berikan perawatan yang terbaik agar cucu saya bisa pulih kembali," pinta Roberto kepada sang dokter.
"Saya akan melakukan yang terbaik untuk kesembuhan pasien. Kalau begitu saya akan mempersiapkan pasien di bawa ke ruang perawatan dan untuk sementara saya minta pasien tak di jenguk oleh banyak orang karena pasien harus butuh istirahat total," kata dokter menambahkan.
"Baik dok saya mennegrti," jawab Roberto paham.
Dokter itu pun kembali masuk ke ruang operasi untuk mempersiapkan Darrell dipindahkan ke ruang perawatan.
"Danny kamu siapkan kamar terbaik di rumah sakit ini untuk Darrell. Dan pastikan kamu minta kepada pihak rumah sakit untuk memberikan perawatan yang terbaik untuk Darrell," perintah Roberto kepada Danny.
"Baik tuan saya akan laksanakan perintah tuan." Danny pun segera menuju bagian administrasi rumah sakit untuk mengurus semua hal tentang perawatan yang akan diterima tuan Darrell.
Sementara itu Roberto maish setia menunggu sang cucu sampai dipindahkan ke tempat perawatannya. Ia begitu khawatir dengan keadaan Darrell karena ada rasa bersalah yang terus ia rasakan selama ini. Rasa bersalah itu adalah ketika dulu ia membiarkan Darrell dan juga Diana harus berjuang sendirian di luar sana. Roberto dulu sangat sayang dengan Diana seperti putrinya sendiri. Bahkan ketika Roberto mengatakan niatnya untuk menjodohkan dirinya dengan sang putra pun Diana menurut saja. Tapi ketika Diana menikah dengan sang putra Jeremy hanya kesedihan yang Diana rasakan. Apalagi saat itu sang putra sudah menikah dengan wanita yang tidak pernah Roberto sukai. Ia tak pernah suka jika putranya Jeremy menikah dengan Laura. Roberto tahu Laura menikah dengan Jeremy semuanya karena uang dan ketenaran. Bahkan. Laura tak sekali pun bersikap sopan terhadap dirinya. Dan itu benar-benar membuat Roberto tak pernah menyukai Laura.
Di Italia tampak Calista baru saja akan beranjak keluar untuk makan siang. Hari ini ia benar-benar malas untuk pergi keluar setelah mendengar tentang kecelakaan yang dihadapi Darrell. Bahkan Calista pun melewatkan makan siangnya karena ia tak nafsu makan. Tapi Calista tak mungkin mengurung dirinya di kamar terus menerus. Ia juga harus mengisi perutnya agar tak sakit. Dan ia pun memilih untuk keluar membeli makan siang dan setelah itu ia akan kembali ke hotel. Hari ini ia benar-benar akan tinggal di hotel saja karena moodnya benar-benar sedang buruk. Ketika ia akan pergi keluar dari kamarnya ponselnya berbunyi. Dan ketika ia mengambil ponselnya nama Adam tertera di layar ponselnya.
"Halo Dam," sapa Calista.
"Calista sekarang kamu dimana?" tanya Adama dengan nada yang panik.
"Aku masih di hotel. Tapi ini mau keluar buat cari makan siang. Emangnya ada apa? Kok suara kamu kedengaran panik kayak gitu?" tanya Calista bingung.
"Calista you can help me?" tanya Adam penuh harap.
"Kamu butuh bantuan apa? Kalau aku bisa bantu maka aku akan bantu," jawab Calista santai.
"Hari ini seharusnya akan ada pembuatan katalog untuk produk brand fashion perusahaan aku. Semuanya sudah siap tinggal melakukan Photoshop saja. Tapi salah satu model yang seharusnya melakukan Photoshop itu tidak bisa datang karena sakit. Jadi aku mau minta kamu untuk menggantikan model itu dan kamu jadi model untuk brand fashion perusahaan aku," kata Adam menjelaskan.
"Apa???"
Wah Calista kira-kira mau gak ya? Apakah dia mau membantu Adam? Dan gimana keadaan Darrell pasca operasi?
See you next chapter
Jangan lupa kasih lovenya ya biar semangat update setiap hari...
Happy reading....