Mata Calista menatap lapar sepiring masakan Indonesia yang ia pesan. Ia memesan nasi goreng dan juga sate ayam untuk makan malamnya. Setelah mencari ke beberapa tempat akhirnya Calista dan Adam berkeliling mencari restoran Indonesia akhirnya mereka menemukan juga.
"Selamat makan," kata Calista bersemangat.
Adam pun hanya bisa tersenyum melihat tingkah polos yang ditunjuk oleh Calista. Hanya soal makanan saja sudah membuat dirinya begitu bahagia. Calista benar-benar berbeda dengan wanita yang ia kenal sebelumnya. Rata-rata mereka terlalu peduli soal penampilan saja tapi tak memiliki kepintaran. Bahkan mereka terlalu pemilih soal makanan dan Adam tak suka dengan hal itu. Tapi semuanya berbeda ketika ia kembali bertemu dengan Calista. Ia benar-benar wanita yang unik. Wanita yang cocok untuk menjadi seorang istri dan ibu di masa depan. Tiba-tiba saja jantung Calista berdetak ketika memandang wajah Calista yang tampak lahap memakan makanannya. Apakah ia mulai jatuh cinta kepada Calista. Padahal mereka baru saja bertemu dan kenapa ia sudah merasakan perasaan ini.
"Adam kenapa kamu melihat aku kayak gitu? Kamu pasti aneh ya lihat cewek makannya banyak banget," kata Calista masih memakan makanannya.
"Aku suka melihat kamu makan dengan lahapnya. Karena kebanyakan wanita selalu pilih-pilih soal makanan. Terkadang mereka gak makan dengan alasan diet," kata Adam menjawab pertanyaan dari Calista.
"Dulu aku juga melakukan diet. Tapi setelah aku pikir kenapa aku harus susah kalau mau makan makanan yang aku suka. Yang penting makannya jangan berlebihan dan juga rajin olahraga gak akan buat badan aku terlalu gemuk. Tapi setiap wanita kan punya pilihannya masing-masing dan aku menghargai setiap pilihan mereka." Senyum pun kembali terukir dari wajah cantik Calista.
Suasana pun menjadi hening karena mereka pun kembali menikmati makanan mereka masing-masing. Hingga akhirnya mereka selesai memakan makanannya dan sekarang sedang menikmati secangkir kopi.
"Calista apa kamu sekarang sudah memilih seorang kekasih?" tanya Adam tiba-tiba.
Calista yang sedang meminum kopinya pun terkejut dengan pertanyaan Adam yang tiba-tiba.
"Kenapa kamu bertanya seperti itu? Apa aku terlihat seperti wanita yang kesepian?" tanya Calista dengan wajah yang serius.
"Bukan begitu Calista. Aku hanya ingin memastikan sesuatu sama kamu." Adam pun mulai berkata dengan serius.
"Maksud kamu apa Dam?" tanya Calsita balik.
"Aku ingin memastikan apakah kamu sudah memiliki kekasih karena jika tidak ada laki-laki yang sedang dekat dengan kamu maka aku ada kesempatan untuk lebih dekat dengan kamu. Beberapa hari kita bersama aku merasa sangat nyaman. Kamu berbeda dari wanita yang orang aku temui sebelumnya," kata Adam jujur.
Calista kaget ketika mendengar pernyataan dari Adam yang mengatakan bahwa ia menyukai dirinya. Mungkin dulu dirinya memang menyukai Adam tapi untuk saat ini tak ada perasaan apapun kepada Adam. Hanya sebatas teman saja karena memang di hatinya hanya ada satu laki-laki saja. Dan laki-laki itu adalah Darrell David Lewinsky. Mengingat nama itu membuat Calista menjadi teringat dengan keadaan Darrell. Apakah dia baik-baik saja? Dan tiba-tiba saja Calista jadi melamun ketika sedang memikirkan tentang Darrell. Dan itu tak luput dari pandangan Adam. Ia tahu jika Calista pasti sedang memikirkan sesuatu.
"Calista," panggil Adam.
"Hehhh... Apa Adam?" jawab Calista.
"Kenapa kamu malah melamun seperti itu? tanya Adam balik.
"Maaf-maaf Dam. Aku lagi memikirkan sesuatu tadi,"jawab Calista merasa tak enak.
"Jadi gimana Calista? Apakah aku bisa lebih mengenal kamu sebagai seorang laki-laki bukan sebagai teman saja?" tanya Adam lagi.
Calista pun menarik nafasnya seakan-akan berat untuk menjawab pertanyaan dari Adam. Tapi ia tak suka menunda-nunda sesuatu dan berbohong. Karena jujur ia tak suka menggantung masalah. Apalagi bila ini berhubungan dengan perasaan.
"Sebelumnya aku mau berterima kasih karena kamu sudah berkata seperti itu. Tapi untuk saat ini aku gak bisa membalas perasaan kamu. Aku belum memikirkan soal urusan cinta karena masih fokus dalam mengurus perusahaan. Jadi maaf aku belum bisa jika kita lebih dari teman," jawab Calista hati-hati.
"Aku mengerti kalau kamu belum bisa menerima perasaan aku. Mungkin benar jika kamu ingin fokus dengan pekerjaan tapi Calista kamu gak selamanya sendiri. Kamu butuh seseorang yang bisa berbagi masalah bersama-sama. Jadi aku harap aku laki-laki itu," kata Adama sambil tersenyum kearah Calista.
Calista sendiri tak menanggapi perkataan dari Adam karena dirinya tak tahu harus menjawab apa. Ia juga yakb yakin jika di masa depan akan menikah karena sampai detik ini hatinya masih belum bisa terbuka untuk laki-laki lain. Hanya ada satu nama laki-laki yang masih singgah di hatinya dan orang itu Darrell David Lewinsky.
Setelah acara makan malam bersama Adam selesai Calista memutuskan untuk pulang ke hotelnya. Badannya sangat letih dan sepertinya butuh berendam untuk membuat badannya lebih rileks. Dan sesampainya di hotel tempat ia menginap Calista langsung mandi untuk membuat badannya lebih segar. Satu jam lamanya Calista butuhkan untuk mandi dan juga berendam. Dan ia tampak lebih segar sekarang setelah seharian ia beralih profesi sebagai model dadakan untuk produk baru perusahaan Adam. Tapi Calista cukup senang dengan pengalaman barunya. Ia bisa mencoba baju-baju baru yang ia yakini akan laku dipasaran karena modelnya yang bagus.
Calista duduk di ranjang sambil memegang ponselnya. Ia pun membaca beberapa artikel berita yang ada di Indonesia. Dan pandangan mata Calsita tertuju pada sebuah berita yang memberitakan tentang Darrell. Disana tertulis jika pewaris tunggal keluarga Lewinsky mengalami kecelakaan. Dan sampai saat ini belum diketahui bagaimana keadaannya.
Rasa khawatir pun mulai melanda Calista lagi karena ia tak tahu bagaimana keadaan Darrell. Di berita pun belum ada kabar yang jelas tentang masalah itu. Karena rasa khawatir yang tak kunjung tahu keadaan Darrell pun akhirnya menekan nomor telepon seseorang untuk tahu bagaimana keadaan Darrell.
"Halo Liliana bagaimana keadaan Julian di kantor saat ini? Apa ada hal penting yang menyangkut perusahaan?" tanya Calista kepada sekretarisnya.
"Bapak Julian bekerja dengan sangat baik dan semuanya berjalan sesuai dengan rencana tapi ada satu proyek kita yang sepertinya agak terkendala," jawab Liliana dengan serius.
"Proyek apa itu?" tanya Calista penasaran.
"Untuk proyek kita dengan perusahan Lewinsky sedikit terhenti karena CEO Lewinsky Company mengalami kecelakaan kemarin dan itu membuat proyek kita sedikit terhambat," jawab Liliana tenang.
"Sekarang bagaimana keadaan CEO Lewinsky Company? Saya cuma tidak ingin proyek kita terbengkalai gara-gara ceo-nya sedang mengalami kecelakaan." Calista mencoba bersikap wajar agar Liliana tak curiga.
"Dari berita yang saya dengar keadaan CEO Lewinsky Company sudah baik-baik saja dan keluar dari masa kritis. Jadi proyek kita bisa kembali lagi besok. Jadi ibu Calista tak perlu khawatir. Bapak Julian juga sudah bisa mengatasi semua masalah ini," jawab Liliana menjelaskan.
"Baik kalau begitu. Terus kamu kasih saya informasi tentang masalah ini. Dan pastikan selalu dampingi Julian dalam memimpin perusahaan karena saya tahu kamu adalah orang yang mampu mendampingi Julian saat ini. Dia masih butuh waktu untuk bisa menguasai seluk beluk perusahaan jadi Liliana kamu bantu dia," kata Calista meminta kepada Liliana.
"Saya akan selalu membantu perusahaan ini. Karena selama ini keluarga ibu sudah terlalu baik kepada saya dan keluarga saya. Jadi saya akan selalu melakukan yang terbaik," jawab Liliana dengan penuh keyakinan.
"Kalau gitu saya tutup teleponnya terlebih dahulu. Kalau ada apa-apa kamu bisa langsung menghubungi saya," perintah Calista.
Setelah itu Calista pun menutup telepon dari Liliana. Dan ia pun merebahkan tubuhnya karena ia benar-benar butuh tidur. Tapi ia merasa lebih tenang setelah tahu keadaan Darrell saat ini. Untung saja ia memiliki Liliana yang akan selalu membantu dirinya. Liliana benar-benar sangat membantu dalam mengerjakan semua pekerjaan kantor. Pertemuannya dengan Liliana benar-benar tak terduga. Saat itu Calista memang senang mencari seorang sekretaris. Dan saat itu banyak pelamar dengan penampilan dan pendidikan yang jauh diatas rata-rata. Tapi Calista tak begitu suka karena sikap mereka yang sombong dan membuat calsita tak nyaman. Tapi ketika itu Liliana datang untuk melamar di kantornya. Penampilan Liliana saat itu benar-benar berbeda dari pelamar sebelumnya. Penampilan pelamar sebelumnya memang sangat berkelas berbeda dengan Liliana yang berpenampilan sangat sederhana tapi entah kenapa Calista langsung menyukainya. Apalagi ketika ia melihat ekspresi yang Liliana tunjukan. Ekspresi Liliana terlihat sangat bersemangat dan yang paling penting ia sangat sopan terhadap Calista. Sehingga membuat Calista langsung memilih Liliana untuk menjadi sekretarisnya. Dan ia tak menyesal dengan keputusannya memilih Liliana karena saat ini Liliana benar-benar dapat diandalkan.
Calista pun kembali mengambil ponselnya dan ia membuka galeri fotonya. Matanya berkaca-kaca ketika melihat foto dirinya dengan laki-laki yang tak pernah bisa hilang dalam pikiran Calista.
"Kenapa kamu selalu saja tak hati-hati. Apakah kamu sengaja membuat aku khawatir? Dan kamu berhasil membuat aku khawatir saat ini Darrell Lewinsky," kata Calista sambil melihat fotonya bersama Darrell.
Air mata pun jatuh dari mata indah Calista. Hatinya benar-benar sakit ketika tahu jika Darrell terluka seperti ini. Ingin rasanya ia memeluk Darrell untuk memberinya kekuatan tapi semua itu tak bisa ia lakukan karena ia teringat akan janji yang ia buat sendiri. Janji bahwa ia tak mau berhubungan dengan keluarga Lewinsky termasuk dengan Darrell.
Wah Calista galau dan khawatir sama Darrell. Dan Adam pun juga sudah mengungkapkan rasa sukanya pada Calista. Gimana perjalanan Calista selanjutnya?
See you next chapter...
Kasih love yang banyak ya biar rajin updated setiap hari...
Happy reading....