"Terlambat jadi hobi bapak, ya?" Jihan melirik kesal pada Ruri yang sedang menyetir. Bagaimana tidak, Jihan hampir lumutan menunggu Ruri turun ke bawah. Jihan pikir Ruri pilih sarapan di kamarnya karena pas sarapan Ruri tidak terlihat di resto hotel. Tapi, sampai satu jam kemudian Laki-laki itu masih tidak muncul. "Semoga kliennya juga telat!" kalau sudah seperti ini, hanya itu yang bisa Jihan ucapkan berkali-kali sebagai doa. "Nggak baik lho doa buruk begitu." Jihan membuka mata dan menoleh ke arah Ruri. Jihan tidak sangka Ruri masih bisa sesantai itu. Baru semalam Jihan memuji lelaki itu tak menyebalkan seperti pikirannya, eh pagi berikutnya sudah membuat Jihan mengelus dadà. "Gara-gara siapa coba?!" Ujar Jihan menyuarakan kesal sekaligus gemas. Tak peduli lagi sopan santun, R