Jihan tersenyum menemukan Ruri muncul dari kamar mandi, rambutnya basah. Handuk kecil dipakai mengeringkan. Pagi ini, sudah dapat kabar baik membuat Jihan akhirnya diperbolehkan pulang agak siang nanti. “Pagi” sapa Ruri. “Pagi, enaknya mandi” kata Jihan dengan iri. Ruri terkekeh, “sabar ya, nanti sampai rumah. Kamu bisa mandi.” Ruri berjalan ke dekat jemuran kecil dekat pintu kamar mandi, khusus untuk handuk. Terus memerhatikan, sampai pria itu kembali ke sisi ranjang dan membungkuk mencium kening Jihan. Rasa hangat dan bahagia selimuti hati Jihan “kamu nggak ke kantor-kantor?” “Libur sendiri” katanya sambil terkekeh. “Bisa begitu?” “Bisalah, aku calon penerus Pak Ardyan” masih bergurau, mampu membuat Jihan tersenyum. “Huh, nepotisme namanya!” Senyum yang membuat Ruri l