“Aku bisa masak. Percaya deh, sayang.” Kata Ruri tak meyakinkan untuk Jihan. Jihan bertopang dagu duduk di kursi bar dengan siku menyentuh atas meja berbahan marmer dingin. “Masak mie...” goda Jihan tidak percaya. “Aku serius sayang.” “Really? Prove it!” Satu alis Ruri naik sambil bersedekap menatap kekasihnya. Ini hari Sabtu, setelah mereka joging bersama di kawasan Senayan, Gelora Bung Karno. Ketika matahari cukup terik, keduanya putuskan pulang. Ruri membawa baju dan numpang mandi di apartemen Jihan. Menjelang siang, sarapan hanya jus buah. Jihan mengeluh sudah lapar jam sepuluh dan mengajak Ruri keluar untuk makan. Namun, Ruri menolak ide itu dan bilang dia yang akan masak. “Jika masakanku enak, aku akan dapat apa yang aku mau dari kamu.” kata Ruri mengajak bertaruh. “Kat