Dua Garis

1354 Kata

Setelah makan malam bersama, aku dan Mas Dion langsung masuk ke dalam kamar. Ini rutinitas yang selalu kami lakukan bersama pillow talk. Kali ini, aku ingin mendengar lebih dulu cerita dari Mas Dion sambil memijatnya lembut. Lebih tepatnya, aku masih memikirkan baik-baik kalimat yang ingin aku sampaikan padanya perihal perjalanan bisnis ke Surabaya. Mas Dion masih saja bercerita, sedangkan aku mendengarkannya dengan seksama. “Sha, kapan mau dicoba testpack-nya?” “Besok pagi, katanya urine di pagi hari lebih akurat, Mas.” Mas Dion mengangguk setuju. Kini dia duduk menyandar seraya memelukku yang sudah berbaring di sisinya. “Mas.” “Ya, Sha.” “Kantor lagi ada proyek pembukaan cabang serentak di tiga kota,loh. Di Batam, Surabaya dan Bali.” “Mengesankan.” “Semua proyek itu sudah sembil

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN