Aku terbangun dari tidurku, membuka mata dan menerjap sesaat menatap wajah yang tengah tertidur lelap di hadapanku. Ah, iya, sekarang setiap hariku akan selalu menatap wajah tampan ini. Aku menelisik pahatan indah di wajah Mas Dion. Mas Dion benar-benar megang ucapannya. Dia tidak terburu-buru malam tadi. Jujur, aku juga merasa lelah setelah seharian melewati rangkaian acara kemarin. Aku bersyukur Mas Dion begitu pengertian. Namun, bukan berarti kami tidak melakukan apa-apa. Kecupan dan sentuhan perkenalan, tidak boleh dilewatkan kata Mas Dion. Saat aku hendak beranjak dari kasur, Mas Dion menahanku, memeluk dan membenamkan wajahnya di dadaku. “Hm … nyaman,” lirihnya. “Benaran nyaman? Padahal tidak besar—” “Tidak perlu besar yang penting pas digenggam.” Oh, ya ampun Mr. Kaku yang s

