POV Adnan Aku masih bertahan di kantor saat semua karyawan sudah pulang. Belum ada satupun makanan bisa masuk ke mulutku, asistenku sudah membelikan makanan yang biasa aku pesan tapi alu enggan menyentuhnya. Jelita pun sudah mengingatkanku untuk jangan lupa makan. Pikiranku dipenuhi oleh kejadian di ruang penyimpanan file bersama pengacara itu, Luna Dahnia. " s**t ! ada apa denganku " ku pukul meja kerjaku. Kenapa bayangan wanita itu menangis dengan begitu menghiba muncul kuat di pelupuk mataku. Ku elus pipiku yang tadi ia tampar. Aku tahu ia tak bermaksud menamparku. Ia berada dalam ilusinya, aku pernah dengar cerita tentang peristiwa yang ia alami, ia kehilangan suaminya di depan matanya sendiri. Cukup tragis, aku mengerti perasaannya. Siapapun pasti bersimpati apa yang ia rasakan. Ku

