Setelah urusan hukumnya selesai, Nala menunggu di lobi gedung kantor tim legal Ebas. Ia duduk di salah satu sofa dengan punggung tegak, mencoba mengalihkan pikirannya dengan memperhatikan desain modern yang elegan di sekitarnya. Namun, matanya sesekali melirik ke arah lift, menunggu pria itu selesai berbicara. Di lantai atas, Ebas tengah berdiri di depan meja salah satu kuasa hukumnya. Wajahnya serius, tetapi tenang, menunjukkan wibawa seorang pemimpin yang tegas. "Pastikan semua proses berjalan dengan lancar," ujarnya dengan nada rendah tapi penuh otoritas. "Tentu, Tuan Ebas," jawab kuasa hukumnya dengan anggukan hormat. Ebas menggeser sebuah berkas yang sudah ditandatangani ke arah mereka. "Saya percayakan semuanya pada Anda. Jangan biarkan ada celah sedikit pun. Dan..." dia berhenti

