47

1411 Kata

Mata yang berembun milik Nala menatap empat sosok yang selama ini mengisi hidupnya: kedua orang tuanya, Wulan dan Dhipa dan kedua orang tua Ebas, papa Haria dan mama Haris. Empat sosok yang kini berdiri di ruang tamu rumah itu, menatapnya dengan ekspresi campur aduk—antara haru, penyesalan, dan cinta yang tak terucapkan. Nala berdiri terpaku, tubuhnya gemetar. Cairan bening mengalir deras dari pelupuk matanya, tak mampu ia tahan. Tenggorokannya tercekat, dadanya terasa begitu sesak, seolah-olah seluruh emosi yang ia pendam selama dua tahun terakhir meledak begitu saja. Benarkah ini nyata? Apakah kedua orang tua yang sangat ia rindukan kini benar-benar ada di depannya? “Mama... Papa...” Suaranya pecah dalam isakan, begitu lirih namun sarat kerinduan. Wulan, ibunya, tersenyum meski air m

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN