DOL (Bab 12)

1111 Kata
Lalu terlihat kamar yang begitu sangat gelap, hanya cahaya dari Laptop lah yang menerangi ruangan itu. Naira sedang memfokuskan dirinya di depan laptop. Laptop yang diberikan oleh Dave itu menjadi temannya saat ini, Iya Dave memberikan Fasilitas apapun untuk Naira bahkan uang jajan yang sangat banyak untuk nya. Beberapa tugas Naira sudah disetorkan melalui Email, Naira merasa lega karena dirinya masih bisa membanggakan diri sebagai murid yang berprestasi dan sepertinya Naira juga akan membanggakan sosok kedua mertuanya yang kini sangat menyayangi dirinya.  Terkadang Naira merasa bingung dengan sikap Dave yang sangat baik padanya, Davis masuk ke dalam kamarnya. Lalu, melemparkan sebuah kotak dalam bungkusan plastik. Ia melemparkan kotak tersebut tepat di atas pangkuan Naira.  Naira terkejut dan menatap kearah suaminya, Davis duduk di atas sofa membalas tatapan Naira dengan sunggingan di bibir kanannya.  "Apa ini? " Tanya Naira.  "Buka saja! " Jawab Davis singkat. Naira membuka bungkusan yang di lemparkan oleh Davis, ia merasa sangat senang saat melihat isi dari bungkusan itu.  "Ya Tuhan, " Ucap Naira, Sebuah ponsel bermerk I-Phone 11 Pro Max di berikan oleh Davis untuk Naira, Naira tak tau lagi harus mengekpresikan rasa senang nya dengan cara apa. Ia pun menghampiri Davis lalu, tanpa malu ia duduk di atas pangkuan suaminya dan mengucapkan rasa terimakasih, Ia pun tak lupa mencium kilas bibir suaminya.  Naira benar-benar sudah tidak merasa malu melakukan hal itu, "Terimakasih Suamiku sayang" Ucap Naira dengan nada yang sangat manja, Davis benar-benar heran dengan sikap Naira. Dulu Naira terlihat sangat malu-malu bahkan terkesan sangat polos, namun Davis merasa nyaman saat Naira melakukan itu hanya saja perasaan gengsi masih saja ada di dalam benak Davis.  Naira beranjak dari pangkuan Davis dan membuka isi dari kardus ponsel tersebut, ia melihat ponsel baru miliknya itu. Davis melihat rasa senang Naira, sesekali Naira mengarahkan sebuah senyuman untuk suaminya. "Gw minta, gak ada yang tau nomor lo kecuali gw, Papa sama Mama dan Anggie!, " Ucap Davis tegas.  "Mmm iya."  Naira menoleh dan bertanya kembali, "Ayah, Ibu dan Naila? " Sebenarnya Naira sangat merindukan mereka, namun Naira enggan menemui Ayah dan ibunya. Mungkin rasa sakit hati Naira masih ada di dalam benaknya, dan Naira malu untuk meminta ijin kepada Davis.  Davis menggelengkan kepalanya tanda ia tak menyetujui jika kedua orang tua Naira mengetahui nomor ponsel Naira, "Apalagi Cowok itu!!" Lanjut Davis dengan nada yang ketus.  "Kalau lu mau telpon Pak Redi, elu lewat ponsel gw aja." Ucapnya kembali, Naira seakan mengerti dengan maksud Davis.  Ia menatap wajah suaminya, "Makasih iya, " Ucap Naira di iringi senyuman. "Oh iya, besok gak usah ke sekolah! " Naira merasa terkejut dengan ucapan Davis, Naira melongo kan wajahnya. Naira sendiri sebenarnya sudah merasa tenang, karena semua tugasnya sudah disetorkan dengan baik dan benar kepada ibu guru nya.  Dan sebenarnya Davis berniat untuk mengajak Naira pergi ke Amerika, di sana Davis sudah menyiapkan sebuah Apartemen mewah untuk menjadi tempat tinggal Naira dan dirinya dalam menghabiskan waktu libur.  Mungkin bagi sebagian pengantin, itu akan menjadi perjalanan Honeymoon untuk segera mendapatkan momongan namun, bagi Davis dan Naira dengan bersenang-senang saja sudah sangat cukup.  "Besok kita pergi ke Amerika, Raport mu akan di bawa oleh Ibu Reva."  Tutur Davis, "Jadi gak usah khawatir nunggu lama! " Tuturnya kembali.  Tanpa berpikir lagi, Naira menganggukkan kepalanya. Davis pun beranjak dan merebahkan dirinya di atas ranjang, "Mandi dulu, " Ucap Naira.  "Males, " "Kalau mandinya bareng aku? " Tanya Naira.  Davis kembali merasa terkejut dengan apa yang ditawarkan oleh istri kecilnya itu, Davis tertawa terbahak-bahak. Naira merasa bingung dengan tertawanya Davis, "Mengapa kau malah tertawa? " Tanya Davis.  "Rupanya kau sudah mulai berani menggodaku secara terang-terangan! " Desah Davis berucap manja, senyumannya terlihat sangat nakal dan membuat Naira malah b*******h melihat tatapan suaminya.  Entah mengapa bagi Naira, tatapan suaminya itu malah menjadi candu baginya. Bahkan hasrat untuk melakukan hal lebih ada dalam benaknya dan kini, apa yang di lakukan Davis menjadi salah satu penantian Naira. Davis mendekati Naira, lalu menggendongnya dan membawanya kedalam kamar mandi. Davis mendudukkan Naira di atas wastafel yang beralaskan lantai keramik, ia melumat bibir istrinya dengan pelan.  Mereka saling memadu kasih, menghabiskan waktu untuk saling memagut ciuman. Naira mendesis kegelian, sesekali tubuhnya menggelinjang menikmati setiap sentuhan daei Davis. Permainan yang tak mungkin dapat terhenti begitu saja, lagi dan lagi Naira terbuai oleh dekapan, sentuhan hingga ciuman itu.  "Mmmmph... Ahhh" Suara mereka tercampur bersama membuat suasana semakin terasa hangat,  Bahasa tubuh keduanya menunjukkan rasa nyaman, bahkan Naira tak segan memberikan lumatan-lumatan pada leher Davis. Ia menyapu habis leher jenjang suaminya, tangan Davis mulai menyusur tubuh Naira dengan bebas. Naira menggeliat kegelian, "Ahhhh, Sayang" Ucap Naira sesekali, Davis sangat senang mendengar Naira mengucapkan kalimat itu.  Tok Tok..  "Naira... " Suara Andini mengagetkan keduanya, Davis segera melepaskan pagutan bibirnya didalam bibir Naira. Mereka menatap satu sama lain, mereka merasa takut jika Andini mengetahui jika mereka berada dalam satu kamar mandi bersama.  "Kak, gimana ini? " Tanya Naira.  "Aku ngumpet aja!, " Ucap Davis yang segera berjalan menuju pintu kamar mandi, "Hei, Mama ada di luar! " Ucap Davis kembali, Naira merasa bingung.  "Naira... " Panggil Andini kembali sembari mengetuk pintu kamar mandi, Andini justru merasa khawatir. Ia takut jika Naira dalam keadaan frustasi di dalam kamar mandi, ia terus menerus mengetuk pintu kamar mandi.  Davis meminta Naira untuk keluar dan membawa Mama nya keluar kamar mereka, Naira mengangguk menyetujui permintaan Davis dan segera berjalan menghampiri ibu mertuanya.  Dalam hati Davis, Ia pun berucap, "Emang mama udah pulang iya? Cepat banget!" Davis kembali tersenyum saat mengingat perbuatan dirinya dan Naira, Davis menggelengkan kepalanya pelan seolah tak percaya gadis tersebut mampu membuat Davis merasa nyaman.  Di luar kamar mandi, Naira mendorong pelan kursi roda milik Andini. Andini menatap wajah Naira sehingga memiringkan kepalanya, "Sayang, kamu dari tadi dikamar mandi? Davis dimana? " Tanya Andini.  "Iya Mah, tadi Naira lagi buang air besar jadi lama buka pintunya" Sahut Naira, "tadi sih disini, mungkin ke atas" Jantung Naira berdegup kencang, ia takut jika Andini mengetahui perbuatan mereka.  "Mama udah pulang, sejak kapan? " Tanya Naira.  "Baru tadi, mama langsung minta Papa anterin keatas. Mama kangen kamu, " Naira melihat Davis yang meminta nya membawa Andini keluar, Naira mengerti apa yang diperintahkan oleh Davis.  "Apa Papa masih dibawah mah? " Tanya Naira.  "Masih sayang," Ucap Andini, "Ayo kita kebawah, Papa juga tadi meminta mu juga Davis menemuinya" Sambungnya, Naira tersenyum dan kembali mendorong kursi roda untuk menemui Dave yang sedang menunggunya.  Davis memastikan jika Andini dan Naira sudah keluar dari dalam kamarnya, ia segera keluar dari dalam kamar mandi dan bernafas lega.  "Hampir saja!, semoga Mama dan Papa tidak mengetahui jika kami... Ah sudahlah, " Davis segera menemui Dave, di dalam langkahnya Davis kembali memikirkan sebuah pesan itu. Pesan yang dikirimkan oleh Catherine untuknya, "Ah kesal, mengapa selalu terbayang wajahnya jika sedang tidak bersama Naira. Tapi aku merasa malu jika terus menerus bersama nya, dia selalu membuatku b*******h" Gerutu Davis itu di iringi senyuman nakal, sepertinya Davis mulai menyukai Naira namun akankah Davis mengutarakan rasa sukanya itu. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN