Mobil mewah milik Davis sudah terparkir di hadapannya, Naira masuk dengan perasaan yang sangat was-was karena Davis sempat menatap tajam mata Naira. Mungkin Davis marah karena melihat kedekatan Naira dan Ryan, Mobil itu melaju dengan sangat cepat.
Naira berpegangan dengan erat, ia merasa takut karena melihat Davis dengan cepat melajukan mobil.
"Stop Kak Davis, Naira minta maaf? " Ucapnya sedikit berteriak.
"Untuk? " Tanya Davis.
"Naira... " Ia sedikit menunduk, ia malu jika mengatakan bahwa Davis merasa cemburu dengan kedekatan Naira dan Ryan.
Cekiittttt.... Rem mobil itu terdengar sekali, Ia menekan pedal Rem dengan sangat cepat.
"Untuk apa kau minta maaf? " Tanya Davis.
"Karena aku tadi sedang berbincang dengan temanku, dia hanya teman ku Kak! Sumpah" Naira menatap Davis sembari mengangkat tangannya dan memberikan tanda V pada dua jarinya, Davis menatap lekat wajah istrinya.
Davis tahu bahwa Naira tidak pernah meladeni Ryan, namun rasanya Davis tak ingin melepaskan Naira begitu saja dan melewati wajah Naira yang terlihat ketakutan.
"Aku minta maaf Kak! "
"Kau mau aku maafkan? " Tanya Davis, ia bertanya dengan memberikan tatapan sinis kepada Naira, Naira mengangguk pelan.
"Buka dua kancing kemeja sekolah mu! " Titah Davis, ia menatap nakal kearah d**a Naira.
"Disini? " Tanya Naira.
Davis mengangguk, "Iya! " Sebenarnya Davis ingin tertawa saat melihat wajah Naira, "Ayo" Titahnya kembali.
"Aku... Malu kaka, ini kan ditempat umum? " Ucap Naira.
Davis meraba paha Naira, ia memberikan sentuhan lembut pada kulit Naira. Davis terus menerus mengusap kulit mulus Naira itu, Davis sangat senang jika melihat Naira menatapnya dengan tatapan Nakal.
Naira merasa geli, ia menggigit bibir bawah miliknya seakan meresapi setiap sentuhan yang Davis berikan.
"Mmmmmhhhhh" Saat Davis memberikan cakaran lembut pada paha mulus miliknya itu, "Buka kancingnya? " Ucap Davis kembali memberikan perintah.
"Kita sedang berada di dalam mobil Kak! " Ucap Naira yang masih enggan membuka kancing miliknya itu, "Apa kaka mau melakukannya disini? " Tanya Naira.
"Aku hanya ingin melihat!! " Davis kembali menajamkan sorot matanya, Naira pun membuka kancing seragamnya dengan pelan. Satu kancing dibuka olehnya, terlihat sekali tumpukan gunung yang terasa kenyal itu oleh matanya.
Davis seakan tak memperhatikan bahwa dirinya sedang berada di pinggir jalan, ia menatap terus menerus tumpukan d**a istrinya sepertinya jika ini di dalam kamar pribadi mereka, Naira sudah menjadi pelampiasan nafsu Davis.
"Tutup lagi! " Ucapnya dengan nada yang kembali ketus, Naira selalu aneh saat melihat sikap Davis. Davis melepaskan sentuhan tangan yang masih berada di atas paha mulus Naira itu dan kembali menancapkan pedal gas, Ia meluruskan pandangan matanya.
"Gw gak suka liat lo deket sama si Bryan! " Celetuk Davis, "Intinya Gw gak mau lo deket sama cowok selain gw!, kalau lo sampai ketauan deket sama laki-laki, lo bakal tau akibatnya! " Ancaman Davis semakin membuat Naira merasa takut, ia tak mengerti mengapa dengan suaminya itu. Bahkan Naira merasa penasaran karena Davis mengenal Ryan dan Naira melihat jika Davis benar-benar tak menghiraukan tatapan Ryan kepadanya.
"Ya Tuhan rumit sekali, apa aku bertanya sekarang saja mengenai Cath itu. Ah tidak, dia sedang dalam keadaan marah dan nanti dia pasti akan marah kepada ku" Gumam Naira di dalam hati.
"Kak Davis, Mama dan Papa pulang hari ini? " Tanya Naira yang mencoba mencairkan suasana, "Apa kita ke bandara menjemput Mama dan Papa? " Tanya nya kembali.
"Tidak, Aku sengaja berbohong kepadamu! " Jawab Davis singkat.
"Oh begitu! " Ucap Naira.
"Dengar, jika kau sedang bersama ku. Kau harus memanggilku Sayang! Tidak usah memanggilku Kak, dan ingat jika kau sedang berdua dengan ku!, kau harus memberikan sentuhan merah pada bibir mu," Permintaan Davis dibalas anggukan kecil Naira, Naira tersenyum lekat, sepertinya Naira merasa suka jika Davis memberikan perhatian kepada dirinya.
"Gak Usah Ge'er gw sama Lo cuma partner di Ranjang!, gw gak akan mungkin cinta sama Elo;" Tutur Davis bernada ketus itu dibalas dengan senyuman oleh Naira, Naira berjanji di dalam dirinya, ia akan membuat Davis merasa jatuh cinta kepada nya. Bagaimanapun Naira menyadari bahwa sebuah pernikahan adalah hubungan yang sangat sakral, dengan pandangan yang sangat lurus Davis tetap Fokus mengemudikan mobil miliknya itu.
Sesampainya di dalam Rumah, Naira bergegas masuk kedalam kamar. Ia merasa sangat kegerahan, ia pun memutuskan untuk segera mandi.
Ting, Ponsel jelek milik Naira yang menurut Davis itu berbunyi tanda satu pesan masuk kedalam ponsel itu.
Bryan W nama dari pengirim pesan tersebut, Davis membuka dan segera membaca isi pesan tersebut.
~ Naira, apa hubungan mu dengan Kak Davis?. (Bryan W.)
Davis merasa kesal karena mengetahui Naira menyimpan nomor Ryan pada ponselnya, Ia meremas tangan nya sendiri hingga tangannya mengepal keras.
Tak lama kemudian Naira keluar dari dalam kamar mandi, ia melihat Davis sedang duduk di atas sofa dan menatap kearahnya. Tubuh Naira terbalut oleh kain, Naira merasa malu dan hendak masuk kedalam kamar mandi namun, Davis lagi dan lagi membuat Naira ketakutan.
Davis berteriak, "Hei suruh siapa kau masuk? " Tanya nya dengan mata yang membola.
"Aku mau pakai pakaian,"
"Kalau emang mau pakai pakaian ngapain keluar? Lemari pakaian mu kan berada di dalam." Davis berjalan menghampiri Naira, "Kau mau menggodaku? " Tatapan Nakal diberikan kembali oleh Davis.
"Tidak.. tidak Kak!, emm maksudku Sayang, aku tadi mendengar ponsel ku berbunyi" Ucap Naira tubuhnya seakan bergetar menahan rasa takut.
"Lalu jika berbunyi kau mau apa? Apa ada yang mengijinkan mu memegang ponsel murah itu?" Tanya nya kembali, menggelengkan kepalanya pelan.
"Aku tidak akan membiarkan dirimu mengkihanati ku!, " Davis menunjukkan sisa-sisa serpihan ponsel Naira, Ia menumbuk ponsel tersebut. menghancurkan ponsel Naira dan mematahkan kartu yang melekat pada ponselnya itu. Naira merasa sedih, sebab ponsel yang ia miliki adalah hasil dari tabungan selama berbulan-bulan, bahkan Naira rela berjalan kaki hanya untuk membeli sebuah ponsel yang baginya sangat mahal. ia seakan menahan air mata yang akan jatuh itu.
"Ya Tuhan, kenapa dengannya? Rasanya apapun yang aku lakukan salah dimatanya" Keluh Naira dari dalam hatinya, kini jarak diantara wajah Naira dan wajah Davis hanya berjarak 5 CM, sorot mata nya sangat lekat menatap wajah Naira.
"Maafkan Aku." lirih Naira dengan pelan, wajahnya semakin mendekat. Naira mengira jika Davis akan memukul atau menampar dirinya. Ia benar-benar takut melihat sorot mata Davis yang menatapnya dengan tatapan sarkas.
"Sa.... Sayang, kau mau apa? " Tanya Naira dengan nada suara yang terbata-bata, "Aku... aku.. " Davis segera melumat bibir Naira, Ia mendorong tubuh Naira hingga membuat tubuh Naira menempel pada tembok kamarnya. Davis meraba setiap jengkal tubuh Naira, setiap Davis melakukan hal itu Naira seakan terkunci dan tak mampu menolak.
Davis pun kembali melumat bibir Naira, mereka saling menukar cairan saliva dengan nafas tersengal, sesekali Naira mengeluarkan desahan kecil.
Kini Davis melepaskan setengah handuk yang melilit pada tubuh Naira, ia meremas dan memainkan tumpukan gunung milik istrinya itu.
"Mmmmppp.. ahhh, " Desahan kecil itu terdengar lirih di telinga Naira, sesekali Naira menggigit bibir bawahnya. Merasakan indahnya kenikmatan yang di berikan Davis, Ia tak mengerti mengapa ia merasa nyaman jika melakukan hal itu dengan Davis.
Davis menggendong tubuh Naira, merebahkan nya di atas kasur lalu Davis menindihnya kembali. Naira dapat merasakan betapa kerasnya, barang kepemilikan suaminya itu namun tetap saja Davis hanya mau menggesek-gesekan nya saja. Ia belum bisa merenggut keperawanan istrinya, kalimat dari Dave dan Andini selalu terngiang bebas ditelinga nya.
'Ingat, Kau harus menjaganya. Anggap dia itu seperti Dania, adik mu! Nanti setelah dia Lulus kau boleh memilikinya seutuhnya, dia tidak akan pergi kemanapun' ~ Kalimat itu selalu menjadi janji Davis kepada Andini, bahkan pernikahan ini terjadi karena rasa cinta Davis kepada ibunya
Davis menghentikan aktifitas bersama Naira, "Kak Davis, kenapa terhenti? " Tanya Naira heran karena melihat Davis menatap kosong wajahnya.
"Aku bosan!, aku mau keluar sebentar! " Ucap Davis, Ia berlalu meninggalkan Naira yang terlihat sudah tak berdaya di atas ranjang kenikmatan itu.