DOL (Bab 8)

1730 Kata
Di malam yang sama saat itu, Naira baru saja keluar dari dalam kamar mandi. Ia melihat sekeliling kamar nya, ia tak menemukan Davis. Naira berpikir, mungkin saja Davis pergi keluar kamar untuk mencari angin. Naira menikmati kesendiriannya malam itu, ia merebahkan dirinya di atas kasur tempatnya melepaskan dahaga bersama Davis. Ia terus menerus mengingat perkataan suaminya, ia pun berniat mencari tahu mengenai kisah cinta Davis sebelumnya walaupun mungkin akan memiliki hasil yang sangat nihil. Karena selama Davis menjalin hubungan bersama Cath, ia sama sekali tidak mempublish hubungannya di muka umum dan hanya Joe lah yang mengetahui kisah cinta diantara mereka. Naira memilih untuk tidur tanpa menunggu suaminya masuk, mungkin karena lelah ia pun tidur dalam keadaan nyenyak. Keesokan harinya, Naira terbangun dan tak mendapati Davis tertidur disampingnya. Naira merasa bingung dengan kepergiaan Davis yang sama sekali tak berpamitan kepadanya, Naira mandi dan segera bersiap untuk pergi ke bersekolah. 20 menit kemudian, ia keluar dari dalam kamar mandi, ia tak menyangka jika Davis sudah tertidur dengan pulas di atas kasur itu. Ia menggelengkan kepalanya pelan, "Emhh, darimana dia? " Ucapnya dalam hati, Naira secepat kilat memakai seragam dan sepatu miliknya itu. Saat ia akan pergi meninggalkan Davis, Davis terbangun dengan wajah yang sedikit tersenyum nakal. Naira menatap heran, "Nanti siang gw jemput!" Ucap Davis, ia pun segera membenamkan kembali wajahnya di atas bantal yang sedang ia pakai. Naira mendecih, "Cih, mungkin dia mengigau! " Ucap Naira dalam hati. Assisten Win sudah menunggu Naira di depan kamarnya, "Selamat pagi Nona" Ucap Assisten Win di susul senyuman indahnya, Assisten Win sudah lama bekerja bersama Tuan Dave, alias Tuan besarnya. Mungkin sekitar 30 tahun ia mengabdi kepada Dave dan Andini, ia baik dan sangat setia. Di umurnya yang sudah cukup tua, Win sama sekali belum pernah merasakan indahnya berumah tangga. "Pagi Tuan Win" Sapa Naira dengan senyuman melekat di wajahnya, wajah Naira begitu sangat polos terlihat. "Anggie sudah menunggu Nona dibawah" Ucapnya memberitahu Naira, Naira pun melenggangkan tubuhnya berjalan di depan kepala Assisten rumah tangga itu. Ia juga sudah memberitahu Win bahwa dirinya sedang enggan melakukan sarapan, apalagi Naira akan menghabiskan waktu sarapannya hanya seorang diri. Sesampainya di depan rumah, Anggie sudah menunggu sembari tersenyum serta menganggukkan kepalanya ia berucap, "Selamat pagi Nona cantik, " "Ah, Nona Anggie bisa saja" "Jangan memanggil Nona Anggie, panggil aja saya Ang. Nona, " Sahut Anggie, Naira masuk kedalam mobil tersebut, namun kali ini Naira ingin duduk di samping Anggie. Awalnya Anggie menolak karena merasa tidak sopan, bagaimanapun Anggie tahu jika Naira adalah Nyonya di rumah ini dan Anggie tahu betul mengenai keadaan Naira yang berstatus sebagai istri dari Davis. "Nona Ang, " Panggil Naira pelan. "Iya Nona, " Sahut Anggie. "Apa kau tahu aku ini siapa? " Tanya Naira polos. Anggie membalas pertanyaan Naira dengan senyuman dan anggukkan yang sangat pelan, Naira tersipu malu melihat jawaban yang di berikan Anggie. "Pasti kau berpikir jika aku gila harta kan Nona Ang! " Ucap Naira berwajah sendu. "Tidak, bahkan kau gadis yang sangat manis Nona. Dan bagiku, kau sangat baik!" Pujian Anggie untuk Naira itu terlihat sangatlah tulus, Naira tersenyum. "Aku harap semua berpikir seperti itu, tapi sepertinya Tuan Davis tak berpikir seperti itu Nona Ang" Ucapnya melemah, Ia sadar jika dirinya sedang melakukan sesi curhat kepada supir pribadinya itu. "Oups!, maaf Nona Ang. Lupakan saja percakapan ini, " Anggie tak menjawab, ia memfokuskan dirinya untuk mengemudi. Wajah nya terlihat menutupi sebuah senyuman di wajahnya, dan Naira merasa malu karena telah melakukan sesi curhat kepada Anggie. Sesampainya Naira di sekolah, ia sudah melihat Ryan berdiri menunggu dirinya. Ryan menatap Naira lekat di iringi senyuman yang sangat indah, "Hay Nai" Sapa Ryan. Anggie yang sebelumnya meminta ijin untuk menyimpan mobil dan menurunkan Naira di depan loby sekolahnya itu tak memperhatikan Ryan yang sudah berdiri menunggu Naira. "Hay Ryan, " Sahut Naira, ia berjalan tanpa menghiraukan Naira. Lalu Ryan mengikuti Naira di belakangnya, karena Ryan melihat Sherin yang sedang berkumpul bersama teman-temannya. Lagi dan lagi Sherin mencoba mengganggu Naira, "Hei simpanan Om om.. " Ia tertawa keras, Naira hanya tersenyum sinis dan Sherin merasa jika Naira sudah berani melawan dirinya. Sherin merasa sangat kesal, ia mengepalkan tangannya Lalu Ia memotong langkah Naira, "Lu udah mulai berani sama Gw? " Tanya Sherin dengan sorot matanya yang sangat tajam. "Enggak, Naira cuma gak mau nanggepin kamu aja. Lagian Naira harus ketemu bu Winda sekarang juga, permisi" Langkah Naira terhenti oleh hentakan tangan Sherin, Wajah Naira merasa sangat takut melihat tingkah Sherin. "Ingat iya! Elo sampai kapanpun gak akan bisa jadi saingan gw, Lo terlalu murahan!! " Ucap Sherin ketus, "Emang nya gw gak tau lo tiba-tiba kaya karena apa? Elo itu simpanan om om kan? " Lanjutnya bernada ketus, Ryan menghampiri keduanya. Ia seakan merasa kesal dengan ucapan yang di lontarkan Sherin, Ryan memberikan tatapan yang sangat tajam kepada Sherin. "Ryan? Why? Kenapa kamu harus marah? Lagian dia itu sekarang emang simpanan Om-om? Gak percaya, cari tahu sana! " Ejek Sherin bernada ketus membuat Naira hanya mampu terdiam, ia merasa perkataan Sherin memang benar adanya. "Naira, apa benar yang di ucapkan Sherin? " Ryan terlihat penasaran, namun Naira hanya terdiam dan melanjutkan langkah kakinya dengan berat. Sepertinya ia ingin menyerah saja dengan keadaan ini, terbayang dalam benaknya mengenai pernikahan ini, mengenai keadaan dirinya yang benar-benar menjadi seorang simpanan, seorang wanita yang menjadi pemuas nafsu suaminya. Masa kelam ini akan selalu menjadi bayang-bayang kelam, Naira pasti akan terus menerus mengingat hal ini. Apalagi jika semua tahu bagaimana nasibnya saat ini, bagaimana jika mereka semua tahu bahwa Naira menjadi gadis yang melunasi hutang. Entahlah saat ini Naira seakan tak bersemangat menjalani hari di dalam sekolahnya, waktu yang akan ia tempuh pun masih sangat panjang. "Lihatlah, Dia sudah menjawab apa yang aku bicarakan bukan? " Tanya Sherin kepada Ryan, Ryan merasa bingung dan Ryan merasa tidak percaya dengan apa yang di ucapkan Sherin. Anggie melihat dan mendengar apa yang diucapkan oleh Sherin, Ia tak mampu membela Naira. Ia begitu iba saat melihat langkah Naira yang terlihat berat, namun Anggie tak akan selamanya diam. Saat bel tanda masuk telah berbunyi, Anggie terus menerus menatap wajah Sherin. Mata pelajaran pun telah di mulai, dan kini satu jam itu sudah berlalu. "Jes, anterin gw yu, " Pinta Sherin kepada Jesica, Jesica tak pernah menolak keinginan Sherin. Ia pun segera mengantar Sherin, karena sepertinya Sherin merasa ingin buang air kecil. Saat perjalanan menuju kamar mandi itu, Anggie menghadang langkah Sherin bersama Jesica. Tatapan sarkas ia tujukan untuk Sherin, bahkan Anggie tak segan mencengkram lengan kanan milik Sherin. "Kamu tahu siapa pemilik gedung ini? " Tanya Anggie dengan tatapan yang penuh kebencian, "T.. tau.. Kak" Sherin menjawab dengan wajah yang terlihat ketakutan. "Jika tahu, hormati pemilik gedung ini bahkan jika Naira mau, dia bisa saja mengusir mu dari sekolah ini! " "Apa Naira pemiliknya? " Tanya Jesica. Anggie memberikan sorot mata yang sangat tajam saat melirik kearah Jesica, "Iya maaf, Jes gak tau kak! " Ucapnya dengan wajah yang polos. "Tangan Sherin sakit Kak!, " Keluh Sherin, ia pun terlihat seakan menahan rasa sakitnya. "Saya harap anda tidak membuat masalah kembali, Nona!" Anggie pun melepaskan tangan Sherin, Sherin sedikit meringis. "Awrg!, lihat saja. Kau akan tahu siapa aku BodyGirls Gilak! " Ucap Sherin di dalam hati. Anggie kembali memperhatikan Naira, Naira melihat kearahnya. Sebenarnya, Naira merasa risih karena Anggie selalu berdiri mematung di depan kelasnya. Namun bagaimana lagi, Naira tidak mungkin menolak keinginan suaminya itu, ia berpikir bahwa itu adalah tugas yang diberikan oleh Davis ataupun Dave. Beberapa jam kemudian, Naira tak melihat sosok Anggie di sana. Triiiinnggggggghhh...Suara bel tanda pulang berbunyi, Ryan menghampiri dirinya. Siswa siswi itu merasa girang, mereka berbondong-bondong untuk pulang. Naira berjalan sembari memfokuskan pandangannya mencari keberadaan Anggie, Namun ia tidak menemukan sosok Anggie di sana. Ryan berjalan menyusul langkah kaki Naira, "Kamu pulang diantar Bodyguard kamu iya? " Tanya Ryan, "Kok pakai Bodyguard segala sih? " Tanya nya kembali. "Gak apa-apa, " Jawab Naira singkat, Naira masih saja memikirkan hal yang telah terjadi pagi ini. Sherin melihat ke arah keduanya, ia menatap mereka dengan pandangan tidak suka. "Nai, Mau gak jalan sama Aku? " Tanya Ryan. Belum sempat Naira menjawab, ia dikejutkan dengan panggilan atas nama dirinya. "Naira.... " Ia mengenal suara tersebut, jantungnya berdegup kencang. Dag dig dug... Suara itu seakan terdengar. Dalam hati Naira, "Ya tuhan Suamiku! " Ia melihat jika Davis berjalan menghampiri dirinya, seluruh siswi di sekolah itu melekatkan pandangan kepada Davis. Bagaimana tidak ketampanan Davis seakan tiada yang mengalahkan, bahkan di sana Sherin dan kawan-kawan nya pun ikut terkesima dengan ketampanan Davis, Davis berjalan melewati Sherin dan kawan-kawannya. Semilir angin menyatu bersama parfum nya terhirup segar melewati hidung mereka, "Uuunnnnch" Ucap mereka bersamaan. "Muaccch" Davis mendaratkan ciuman manis di pipi Naira, "Ayo pulang sayang, " Ajak Davis. "Kak Davis kenal sama Naira? " Tanya Ryan di dalam hatinya,  "Hei, Aku pikir kamu bukan Bryan?, Apa kabar? " Tanya Davis, "Kau sekolah disini ternyata? " Wajah Davis terlihat ketus, Ryan adalah Bryan Wijaya. Dia adik dari Cathrine, selama mereka menjalin hubungan, Davis sama sekali tidak dekat dengan Bryan. Bahkan Bryan sedikit tidak menyukai sikap Davis yang terlihat cemburuan, Ryan bertanya-tanya dalam hatinya. Ia merasa penasaran dengan hubungan keduanya itu. "Baik Kak, Kakak mengenal Naira? " "Ya Jelas saja, dia sangat istimewa di dalam hatiku" Ujar Davis sembari tersenyum, Bryan benar-benar tak mengerti maksud dari Davis. Bryan tau jika Davis susah sekali untuk Move On dari kakak perempuannya itu, Davis menarik tangan Naira dan menatapnya dengan penuh cinta, "Ayo sayang kita pulang, " Ajak Davis sembari menggenggam tangan Naira. Sherin memperhatikan mereka dengan tatapan yang sangat aneh, bagaimana tidak Naira bisa mengenal sosok Davis. Davis Attala Surya yang selalu menjadi pemberitaan di dunia bisnis besar, Davis Attala surya Pewaris serta pemilik tunggal gedung ini. Bahkan Sherin sempat mengagumi dirinya, Sherin tak menyangka jika Naira memiliki hubungan spesial dengan lelaki yang selama ini sempat di kagumi oleh dirinya. "Sayang, mengapa kau diam? Kau malu karena aku datang kesini? " "Ti... tidak Kak! " Jawab Naira dengan gugup. "Ya sudah, Ayo pulang. Mama dan Papa hari ini pulang, kita harus menjemputnya di bandara" Ucap Davis dengan nada yang sangat lembut, Ia kembali mengecup pipi Naira. Davis seakan tak menghiraukan Ryan yang berada di hadapan dirinya, Davis dan Naira berlalu meninggalkan Ryan seorang diri. Mereka berdua berjalan melewati Sherin, Davis sengaja merangkul Naira karena sepertinya Davis tahu mengenai siapa Sherin itu dan mungkin saja Anggie mengadukan perlakuan Sherin terhadap Naira kemarin serta tadi pagi kepada Davis.  "Hahhh" mulut mereka seakan menganga melihat perlakuan Davis kepada Naira.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN