12. Chat Konyol

981 Kata
To : 0839xxxxx Sudah saya cek. Maaf baru balas, Mas Raja. Elin menggigit bibir, lalu tersenyum tak jelas setelah mengirim pesan tersebut. Ia memutar-mutar ponselnya seraya berjalan ke arah pintu. Belum sampai di ambang pintu, ponselnya kembali bergetar, menandakan ada pesan masuk. Elin segera membukanya setelah tahu yang mengirim adalah Raja. //0839xxxxx Mbak Velindira belum tidur? Atau bangun karena pesan dari saya? Maaf ya. Tidak seharusnya saya mengganggu malam-malam. Kali ini, Elin menggigit bibir gemas. Pria itu benar-benar terlalu sopan dan… menggemaskan. Eh? Elin segera menggeleng. Tangannya langsung sibuk mengetuk-ngetuk kepala. Entah sudah berapa kali ia mengetuk kepalanya sendiri karena kesal dengan pikiran yang muncul di otaknya. Dan itu terjadi sejak bertemu Raja. To : 0839xxxxx Saya belum tidur. Ini belum terlalu malam. Mas Raja tidak perlu meminta maaf begitu. Ini belum lebaran, tapi Mas Raja sudah minta maaf berkali-kali Hehehe… Elin tetap berdiri di depan pintu. Matanya terus menatap layar ponsel. Menanti balasan dari Raja. Ia sengaja mengirim pesan sedikit santai, agar Raja juga bisa nyaman dan tidak sungkan mengirim pesan padanya kapan saja. Eh?? Elin lagi-lagi menggeleng. “Otak, stop it! Aku—” Elin menghentikan omelannya pada diri sendiri saat kembali merasakan ponselnya bergetar. //0839xxxxx Maaf… saya hanya takut mengganggu. Maaf lagi?? Elin tertawa lepas. Ya ampun pria itu kenapa lucu sekali? //0839xxxxx Astaga, tanpa sadar saya bilang ‘maaf’ lagi. Maaf ya, Mbak Velindira. Tawa Elin semakin lepas saat Raja kembali mengirim pesan padanya, dan lagi-lagi meminta maaf. Pria itu kenapa sih? //0839xxxxx Saya bilang ‘maaf’ lagi ya? Sepertinya karena sudah malam, saya jadi semakin tidak jelas. Saya tidak akan mengganggu lagi dengan kata-kata tidak jelas yang terus-terusan saya kirim. Saya takut Mbak Velindira jadi pusing karena pesan-pesan saya. Mbak Velindira istirahat yang cukup ya. Jaga kesehatan. Selamat malam. Hati Elin menghangat. Jantungnya terpacu kencang saat membaca pesan terakhir yang dikirim Raja. Istirahat yang cukup? Jaga kesehatan? Bukankah pria itu sangat perhatian? Elin memegang pipinya yang memanas. Bibirnya membentuk senyum dengan sendirinya. Dia kenapa sih? “Kak Eyiiiin!! Martabaknya aku habisin nih kalau enggak keluar!” Elin tersadar setelah mendengar teriakan penuh ancaman sang adik. Ups! Sepertinya dia melupakan si martabak tercinta. “Iya-iya kakak ke sana.” Elin balas berteriak. Bergegas meninggalkan kamarnya. Sambil berjalan, Elin mengetikkan pesan balasan untuk Raja. To : 0839xxxxx Mas Raja juga istirahat yang cukup ya. Jangan terlalu lelah bekerja. Elin mengulum senyum setelah berhasil mengirim pesan tersebut, dan memberikan 'sedikit' perhatian karena tahu belakangan ini Raja sibuk berat. Hitung-hitung membalas perhatian Raja padanya. Tidak salah, kan? Elin tak sadar, kalau pesan yang dikirimnya membuat tubuh Raja menegang di seberang sana. Tak lama, pria itu berguling-guling seperti orang bodoh di atas ranjang besarnya. Raja tertawa tidak jelas sambil menatap layar ponsel yang menampilkan ruang pesannya bersama Elin. Ia membaca pesan Elin berkali-kali sampai rasa kantuk mendera, dan akhirnya jatuh tertidur. *** “Silakan letakkan di sini saja.” “Baik, Pak.” Seorang bellboy menjelaskan tentang kamar hotel yang akan ditinggali Raja malam ini. Raja mengeluarkan dompet setelah sang bellboy menjelaskan semuanya, lalu memberikan sejumlah uang kepada bellboy tersebut yang tadi membawakan kopernya dan Elin. Sang bellboy tersenyum semringah sambil mengucapkan terima kasih pada Raja sebelum pamit kepadanya. Jangan salah paham. Raja dan Elin tentu saja beda kamar. Mau disunat dua kali ia oleh sang ibu kalau sampai sekamar sama wanita yang bukan haknya? Raja juga tidak gila-gila amat merusak nama baiknya di depan Elin dengan meminta wanita itu satu kamar dengannya. Yang ada pengacaranya itu akan menganggapnya penjahat kelamin. Amit-amit! Lagi pula, ia adalah pria yang berpikiran kolot dan taat. Saat dulu mantan kekasihnya mengajak tinggal bersama, Raja menolak dengan keras. Mungkin karena penolakan itu juga yang membuat hubungannya dan wanita itu berakhir. Raja menatap langit kamar. Di dunia ini, banyak anak muda yang berusia jauh di bawahnya sudah sering ‘main’ ke hotel bersama pasangannya, tapi Raja tak pernah ada niatan sama sekali melakukan hal itu. Raja tertawa miris. Dia kan tidak punya pasangan, bagaimana bisa ‘main’ ke hotel bersama pasangan? Tapi… sepertinya Raja juga tidak akan melakukan hal itu kalaupun punya pasangan. Mungkin ya, mungkin. Kecuali dengan pasangan halal. Raja menggeleng-geleng kencang. Tawanya semakin miris saja. Apa yang sedang ia pikirkan? Pasangan halal? ‘Dekat sama wanita saja kamu gemetaran, ini pakai bicara halal-halalan segala! Halalbihalal kali maksudmu, Raja!’ maki sudut hatinya. Mengingat kecanggungan dan kekonyolan yang selalu dia perlihatkan di depan Elin. Raja menghela napas panjang. Ia berkacak pinggang. Matanya berkeliling memandangi kamar hotel di salah satu hotel ternama di Kota Kembang ini. Akhirnya saat ini tiba. Saat dimana besok pagi ia dan sang pengacara sudah janjian dengan pihak ibu tirinya untuk bertemu di rumah Weni Amanda, wanita yang mana adalah istri siri Herjuno Jagapati. Wanita yang menurut Raja bisa dikatakan tinggi hati dan keras. Weni Amanda bersikeras kalau pihak Raja lah yang harus menemuinya, karena sebelumnya, Weni sudah lebih dulu datang ke Jakarta saat wanita itu meminta hak anaknya. Wanita itu yang menuntut, wanita itu juga yang minta dikunjungi. Rasa dongkol tentu Raja rasakan. Weni Amanda seakan memerintahnya seenak udel. Tapi jika tidak seperti ini, mana mungkin juga ia bisa pergi berdua dengan sang pengacara? Pengacara yang punya pesona sampai mentok lapisan langit tertinggi. Berlebihan? Sepertinya iya. Raja sudah mual dan geli pada dirinya sendiri yang berpikir bak pujangga yang ahli memikat wanita. Nyatanya, ia hanya pria kuno yang tak punya banyak pengalaman cinta. Bahkan pengalaman cintanya cuma satu kali, dan itu pun gagal total. Apakah ia bisa membuat pengalaman cinta bersama Velindira? Raja kembali menggeleng kencang sampai kepalanya nyeri. Apa yang ia pikirkan?! Wanita itu… adalah pengacara keluarganya! “Demi Tuhan, Raja, jangan ngawur ke mana-mana! Jangan buat dirimu semakin canggung jika berhadapan dengan Velindira karena pikiran konyolmu!” Kedua tangan Raja mengepal kuat. Ia bergegas menuju kamar mandi guna membersihkan diri. Tak ia pedulikan hari yang sudah malam. Raja harus menjernihkan pikiran yang sudah ke mana-mana. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN