Karina melangkah menuruni tangga kampus dengan langkah pelan. Udara sore yang sejuk tak cukup menenangkan pikirannya yang sedang kalut. Begitu sampai di lobi, ia memilih duduk di bangku taman, di bawah rindangnya pohon kamboja yang baru saja gugur bunganya. Belum sempat ia menikmati ketenangan itu, ponselnya tiba-tiba bergetar. Nama yang muncul di layar membuat jantungnya berdegup sedikit lebih cepat. Kak Nana. Karina menarik napas panjang, lalu menekan tombol hijau. “Hallo, Kak,” ucapnya datar. Suara di seberang langsung membahana penuh amarah. “Gak usah basa-basi, Karina! Dasar jalang tidak tahu diri! Berani-beraninya kamu selingkuh sama kakak sepupu kamu sendiri, hah?!” Karina tersenyum sinis, menatap jauh ke arah kolam kecil di taman itu. “Oh… jadi Kak Nana sudah tahu, ya?” kat

