Ke Rumah Ibu, lagi?

1249 Kata
Aditya mengantar Annisa ke rumah ibunya. Kata Annisa dia merindukan ibunya. Kebetulan Aditya ada rencana keluar untuk membeli sesuatu, sehingga dia antar Annisa sekalian ke rumah ibunya. "Kenapa tadi malam kamu malah tidur di kamar saya? Saya udah bangunin kamu tapi kamu enggak bangun juga." Aditya mendengus kesal mengingat kejadian tadi malam, sehingga dia bahas lagi saat ini. "Maaf banget, Capt. Tadi malam kan rencananya gitu, kalau Husna tidur, saya balik ke kamar Husna terus tidur di sana. Eh, ternyata ketiduran. Sekali lagi maaf ya, Capt." Annisa menunduk, merasa bersalah. "Ok. Saya maafkan, tapi jangan diulangi lagi, ya." "Iya, Capt," ucap Annisa sambil mengangguk. "Oh ya, Capt, boleh tanya sesuatu enggak?" Annisa merasa penasaran akan sesuatu. "Mau tanya apa? Tanya aja, saya akan jawab kalau saya bisa jawab. Jangan takut untuk bertanya." Aditya memberikan izin untuk Annisa bertanya. "Captain sama om Danu, kenalnya sejak kapan, ya? Saya penasaran aja, karena selama ini Om Danu enggak pernah sedikit pun cerita tentang Capt Aditya ataupun nyebut nama gitu deh." "Saya kenal sama Danu itu sejak dari sekolah pilot beberapa tahun yang lalu. Artinya udah lama banget ya saya kenal sama dia. Ya ngapain dia mau cerita tentang saya kalau enggak ada yang penting." "Oh udah lama banget kalau dari zaman sekolah pilot ya? Tapi pas Captain nikah saya enggak diajak, padahal kalau ada temen om Danu nikah saya sering banget diajak. Itu kenapa ya, Capt?" "Pas saya nikah dia lagi ada jadwal terbang ke luar negeri, waktu itu dia masih jadi pilot penerbangan internasional kan?" "Eh iya, saya baru ingat. Tapi kalau enggak salah om Danu paling sering ya terbang ke luar negeri?" "Iya, karena dia enggak ada keluarga, enggak ada istri dan anak yang nungguin dia. Terus dia juga lebih suka terbang ke luar negeri, gaya hidupnya lebih bebas, suka gonta-ganti cewek, yah gitulah pokoknya." "Sejak kapan sih, Capt, Om Danu jadi kayak gitu?" "Sejak kapan ya? Kayaknya sejak perempuan yang dia suka malah nikah dengan pria lain. Patah hati ceritanya dia tuh." "Perempuan yang dia suka, pramugari juga?" "Iya. Pramugari penerbangan internasional." "Oh jadi Om Danu kayak balas dendam gitu ya karena sakit hati. Jadi dia pamer dia depan mantannya, gonta-ganti pasangan biar mantannya cemburu kali ya?" "Bisa jadi. Ngomong-ngomong kamu kalau bahas urusan percintaan kayaknya pinter banget. Emang udah pernah pacaran?" "Enggak pernah sih. Cuma sering jadi temen curhat temen waktu sekolah dulu. Entah kenapa pada seneng curhat ama saya. Padahal mereka tahu saya enggak and pernah pacaran, aneh deh. Tapi mereka juga suka bilang, kamu jangan pacaran dulu gitu kata mereka." "Yakin belum pernah? Tapi keliatannya kamu udah expert deh. Udah pernah ciuman jangan-jangan ya?" "Capt, asal captain tahu aja ya. Saya enggak pacaran kok. Ciuman pas sekolah enggak pernah tuh. Sekalinya ciuman itu ya karena dipaksa ama Captain juga kan. Bayangkan Capt, saya udah susah payah menjaga diri untuk memberikan ciuman pertama sama ayang Taehyung, tapi Capt rampas begitu aja tanpa permisi. Saya jadi sedih." "Taehyung itu siapa? Pacar kamu orang Korea Selatan? Hebat banget bisa pacaran ama orang Korea Selatan?" "Iya, itu pacar saya, Capt. Dia member BTS yang paling ganteng tau enggak? Beruntung banget saya bisa pacar and sama dia." Aditya mengernyitkan dahi merasa heran dengan Annisa. Tiba-tiba Annisa merasakan sakit di bagian kepala karena sebuah pukulan dari Aditya mengenai dahinya. "Aww, Capt kok mukul sih? Jahat banget sih?" "Dasar perempuan suka halu. Masa ngaku pacaran ama member BTS, bilang dia paling ganteng segala. Cakepan saya ke mana-manalah. Terus saya juga kan suami kamu. Masih aja ngaku-ngaku pacarnya member BTS." "Suka-suka saya dong, Capt. Kenapa protes? Emang Capt cemburu? Pake bilang suami segala, suami apaan itu yang ninggalin istrinya di apartemen sendirian!" Mobil yang dikemudikan Aditya berhenti mendadak, lalu dia meminggirkan mobilnya ke arah kiri. "Saya enggak cemburu kok. Kamu mau tahu kenapa saya ninggalin kamu di apartemen sendirian?" "Selalu aja enggak ngaku kalau cemburu," batin Annisa merasa kesal. "Setidaknya bilang sesuatu dong, Capt. Saya kan bingung kalau ditinggal begitu aja. Kasih saya penjelasan." "Kamu kan sekarang sedang terikat kontrak kerja, sedangkan kita sudah menikah, jadi lebih baik kamu tinggal sendiri di apartemen kan? Daripada kamu tinggal di rumah ibu kamu terus dia bertanya-tanya kenapa anaknya dinikahi tapi disuruh tinggal sama emaknya. Saya takut suatu hari saya minta kamu menunaikan kewajiban sebagai istri terus kamu enggak bisa nolak." "Oh jadi begitu, ya? Ya sudah deh. Lanjut aja ke rumah Ibu, Capt. Mulai sekarang saya akan diem, enggak akan tanya-tanya tentang itu lagi. Terima kasih untuk jawabannya." Aditya kembali melajukan mobilnya menuju rumah ibu Annisa. Jarak menuju rumah ibu Annisa sudah dekat. Dalam waktu sepuluh menit mereka sudah tiba di rumah ibu Annisa. Annisa turun dari mobil, kemudian mengalami tangan Aditya. Masuk ke rumah setelah mobil Aditya hilang dari pandangannya. Annisa masuk rumah dengan mengucapkan salam lebih dulu. Dia berjalan mencari ibunya di dapur. "Sama siapa ke sini?" tanya ibu Annisa setelah Annisa menyalami ibunya. "Dianter sama Capt Adit." Annisa mengambil gelas, dia merasa sangat haus. "Oh. Mana orangnya sekarang? Kok enggak diajak masuk?" Ibu Annisa celingak-celinguk melihat ke arah ruang tamu. "Sudah pergi lagi kok, Bu." Annisa meletakkan gelas di meja berjalan ke ruang tamu, berdiri di samping ibunya. "Untunglah. Sini ikut Ibu ke kamar." Annisa mengikuti langkah ibunya ke kamar. Dia diajak duduk di tepi ranjang. "Gimana kesehatannya suamimu? Dia ada berobat enggak untuk kesembuhan sakitnya?" tanya ibu Annisa dengan wajah serius, karena ini menyangkut masa depan anaknya juga. "Masih kok, Bu. Masih tetapi juga. Ibu doain aja biar bisa sembuh dan sehat lagi." Annisa meringis, dia merasa bersalah pada ibunya karena sudah berbohong. "Aamiin, semoga bisa sehat. Ibu kemarin denger cerita tetangga kalau sakit gitu kan susah sembuhnya. Tapi semoga suamimu bisa sembuh ya, Nak. Ibu kasian lihat kamu jadi janda karena ditinggal meninggal suaminya." Ibu Annisa menatap anaknya dengan perasaan iba. "Mudah-mudahan bisa sembuh ya, Bu." "Kamu jangan sering-sering minta dianter pulang ke sini. Lebih baik jagain suami, ngerawat suami, menyenangkan suami. Jangan kayak gini dikit-dikit minta pulang, kan kasian suamimu, siapa yang ngurus dia nanti?" "Iya ya, Bu. Ya tapi kan aku kangen sama Ibu juga. Jadi enggak apa-apa ke sini selama Capt Adit mau nganter." "Nisa, belajarlah untuk jadi istri yang baik. Istri yang bisa menyenangkan suami saat dia memandang. Yang membuat hati suami jadi tenang. Jangan bikin suami khawatir. Inget pesan Ibu ya." "Iya, Bu," jawab Annisa singkat. *** Annisa sedang berada di ruang tunggu. Hari ini jadwal selama beberapa hari ke depan dia akan bekerja bersama Nadia, tetapi tidak bersama Aditya ataupun Danu. Dia akan bekerja sama dengan pilot dan co-pilot lain. Annisa mendengarkan teriakan yang memanggil namanya. Dia menoleh ke arah suara itu berasal. "Nadia? Kamu udah datang?" "Iya, dong. Aku udah enggak sabar mau ketemu Irsyad yang ganteng banget." "Eh, kerja yang bener, ini yang dipikirin yang ganteng terus. Coba sekali-sekali enggak ngomong yang ganteng terus gitu, bisa kan?" "Kalian ngomongin saya? Saya emang ganteng kok, dari lahir malah. Ayo siap-siap menuju pesawat." Seorang pria yang bernama Irsyad menyapa dan meninggalkan mereka, berjalan dulu membawa koper menuju pesawat. "OMG, Nissa, Irsyad ganteng banget kan? Aku seneng banget kita bakalan terbang sama dia. Suaranya juga lembut banget deh." "Kok cara ngomongnya mirip seseorang ya? Tapi ah sudahlah, ayo ke pesawat dulu. Inget ya fokus kerja, bukannya ngeceng." "Baik, Ibu. Kamu tuh suka ama cowok yang gimana sih? Aku jadi penasaran, kok enggak pernah keliatan naksir siapa gitu. Coba cerita dong Nisa, kamu suka sama siapa?" "Enggak ada. Ayo cepetan ntar kita ketinggalan." Annisa berjalan cepat menyusul pilot dan pramugari lain yang sudah berjalan lebih dulu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN