Bab 9 - Calon Pengantin yang Kabur

1732 Kata
Dua tahun meninggalkannya tanpa kabar dan sekarang Fadia sudah ada di hadapannya, mana mungkin Arsen akan melepaskan wanita itu lagi? Tidak akan pernah! Satu-satunya cara agar Fadia tidak kabur lagi, Arsen akan mengikat Fadia dengan pernikahan. Ikatan yang sah dan pasti. Ya, Arsen tidak punya keraguan sedikit pun untuk menikahi Fadia. Selain karena rasa cintanya, bukankah lebih baik sekalian menikah dan bukan sekadar berpacaran? Arsen ingin memiliki wanita itu seutuhnya dan menikah adalah cara paling tepat. “Apa kamu punya pacar, Fadia?” tanya Arsen. “Enggak, tapi dengar dulu….” “Apa?” “Apakah menjadi istri Mas Arsen adalah satu-satunya cara untuk berterima kasih?” “Ya, saya tidak mau cara lain. Saya inginnya cara itu,” tegas Arsen. “Terserah kalau kamu menganggap saya pemaksa.” “Bukankah Mas Arsen membantuku kabur atas kehendak diri sendiri? Enggak ada paksaan dari siapa pun termasuk aku,” tanya Fadia. “Jadi intinya kamu tidak mau menikah dengan saya?” Arsen malah balik bertanya. “Bukannya begitu, Mas. Aku masih belum bisa memahami ini. Berterima kasih dengan cara menikah? Ini konyol. Menikah itu karena cinta, bukan?” “Saya mencintaimu.” “Tapi maaf, aku nggak mencintai Mas Arsen.” “Belum, bukan tidak,” kata Arsen cepat. “Saya akan membuatmu jatuh cinta pada saya. Percayalah, cinta bisa tumbuh seiring berjalannya waktu.” Arsen berusaha meyakinkan Fadia. “Perasaan saya padamu bukanlah main-main. Saya sungguh mencintaimu dan saya percaya jika kita menikah … perasaanmu akan perlahan hadir. Cepat atau lambat kamu pasti membalas perasaan saya yang teramat dalam ini,” kata Arsen lagi. “Bagaimana kalau aku nggak mau? Aku lebih baik nggak perlu berterima kasih kalau begini caranya. Terserah jika Mas Arsen mau menyebutku tidak tahu diri atau tidak tahu terima kasih.” “Kenapa kamu begitu kejam? Meninggalkan saya tanpa perasaan dan sekarang … bisa-bisanya kamu menolak saya tanpa rasa kasihan.” “Aku nggak meminta dicintai, Mas. Seharusnya saat aku menghilang, Mas Arsen sadar kalau itu artinya aku nggak cinta sama Mas Arsen. Jadi, Mas Arsen nggak perlu memiliki perasaan yang lebih jauh.” “Kalau boleh memilih, saya mana mungkin mau mencintai perempuan kejam dan tidak berperasaan sepertimu. Masalahnya adalah saya sudah telanjur mencintaimu. Saya rela melakukan segalanya demi bisa bersamamu.” “Hanya karena Mas Arsen mencintaiku, lalu kita harus menikah?” “Ya, kita harus menikah.” “Maaf Mas….” “Kalau tidak, itu artinya kamu lebih memilih menikah dengan Juragan Iwan. Kamu ingin saya mengembalikanmu padanya, kan?” Fadia tidak menyangka dengan perkataan Arsen. “Maksudnya kalau aku menolak menikah dengan Mas Arsen, aku akan dikembalikan pada Juragan Iwan, begitu? Mas Arsen sedang mengancamku.” “Ini bukan sekadar ancaman, saya sungguh-sungguh mengatakannya. Saya membebaskanmu dari sana bukan tanpa tujuan. Saya ingin menikahimu dan jika ternyata kamu menolak, apa boleh buat … saya akan mengembalikanmu pada pria yang seharusnya hari ini resmi menjadi suamimu.” “Adakah cara lain untuk berterima kasih selain menikah?” “Kalau begitu, kamu boleh membayar saya dengan nominal yang sebanding dengan yang saya keluarkan saat membebaskanmu. Kamu tahu, biaya yang saya keluarkan tidaklah sedikit. Saya mengerahkan banyak orang dan tentunya uang yang fantastis untuk menyuap orang-orang di rumah itu agar berpihak pada saya. Bukankah setidaknya saya mendapatkan ganti rugi karena saya gagal mendapatkan apa yang saya inginkan?” Arsen melanjutkan, “Jumlah pastinya saya belum tahu karena mesti dihitung dulu. Cuma kalau ditaksir, saya kira ratusan juta.” Fadia bahkan sampai tidak bisa berkata-kata. Ia tahu Arsen melakukan semua itu demi dirinya, tapi bukankah pria itu tidak bisa memaksa Fadia untuk bersedia menikah dengannya? “Kenapa? Mau bilang saya kejam?” tanya Arsen lagi. “Padahal kamu yang lebih kejam,” sambungnya. “Aku tahu Mas Arsen udah berkorban banyak demi membebaskanku dari pernikahan sialan itu, tapi bukan berarti Mas Arsen bisa menjeratku dengan pernikahan lain. Aku nggak mau menghabiskan waktuku bersama pria yang nggak aku cintai. Baik itu Juragan Iwan maupun Mas Arsen….” “Satu tahun,” potong Arsen. Fadia mengernyit. “Apa?” “Saya jamin dalam waktu paling lama satu tahun … kamu akan membalas perasaan saya.” “Kalau nggak?” Fadia bertanya lagi. “Jika tidak, saya akan melepaskanmu,” ucap Arsen dengan berat hati. Namun, tak lama kemudian ia optimis bahwa Fadia sebenarnya sudah membalas perasaannya, hanya saja wanita itu tidak menyadarinya. Buktinya? Fadia tidak menolak saat Arsen mencium bibirnya kemarin. “Deal,” ucap Fadia seraya mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Arsen. Sebenarnya Fadia ragu dengan keputusannya ini. Hanya saja tidak ada pilihan selain terpaksa menyetujui kesepakatan yang Arsen buat. Ya, Fadia sungguh terpaksa. Sementara itu, Arsen awalnya mengira Fadia akan bersikeras menolak. Namun, ternyata wanita itu sudah membuka jalan untuk mereka bisa bersama. “Saya akan memanfaatkan satu tahun ini untuk membuatmu menjadi bucin pada saya, seperti saya yang sangat tergila-gila padamu,” kata Arsen sambil membalas uluran tangan Fadia. Selama beberapa saat mereka berjabat tangan sampai kemudian saling melepaskan. Dengan begitu, kesepakatan antara mereka resmi dibuat. “Secepatnya saya akan mengenalkanmu pada keluarga besar saya,” pungkas Arsen. *** Ini benar-benar heboh. Calon pengantin wanita yang mendadak menghilang hanya beberapa menit sebelum rombongan calon pengantin pria tiba, sontak menggegerkan semua yang ada di tempat acara. Semua orang tak henti-hentinya membicarakan ini. Seharusnya ini tidak mengherankan mengingat siapa pun bisa menebak apakah Fadia sungguh bersedia dinikahkan atau terpaksa. Ya, secara logika … mana mau wanita yang masih sangat muda menikah dengan pria yang lebih cocok menjadi ayahnya? Memang benar ada wanita yang seperti itu, bersedia menikah dengan yang usianya dua kali lipat jauh lebih tua, terutama jika prianya kaya raya seperti Juragan Iwan. Bahkan, yang lebih tua dari Juragan Iwan pun ada yang menikah dengan gadis muda saat uang dan harta yang berbicara. Masalahnya adalah Fadia bukan termasuk yang seperti itu. Saat ini rumah yang tadinya akan diberikan pada Fadia sebagai hadiah pernikahan, rumah yang akan menjadi tempat dilangsungkannya acara, kini berangsur-angsur sepi karena para tamu mulai meninggalkan tempat itu. Bahkan, tim dekorasi pun memutuskan pergi dan akan kembali untuk merapikan semuanya besok pagi saja sesuai durasi sewa yang disepakati. Sementara itu di dalam rumah, dengan wajah yang sudah babak belur, Bruno saat ini sedang berlutut memohon ampun pada Juragan Iwan yang sangat marah dengan kejadian ini. Bukan hanya marah, Juragan Iwan bahkan sampai mengamuk sehingga merusak hiasan dan dekorasi untuk pernikahannya yang gagal dilangsungkan. “Seharusnya sejak awal saya tidak percaya padamu!” marah Juragan Iwan. “Bisa-bisanya saya percaya hanya karena janji manis yang begitu meyakinkan, sampai-sampai saya sungguh mengira bahwa kamu bisa menjaga Fadia sehingga pernikahan ini bisa dilangsungkan sesuai rencana. Nyatanya apa? Fadia kabur sekarang.” “Maaf Juragan, saya yakin ada yang tidak beres di sini. Padahal Fadia tidak punya siapa-siapa untuk menolongnya. Jadi, saya pikir ada yang mengkhianati saya sehingga Fadia bisa kabur atas bantuannya. Saya berjanji akan mencari tahu….” “Mencari tahu? Saya inginnya Fadia ada di sini sekarang juga. Saya tidak mau mengurusi keteledoran bodohmu padahal hanya menjaga satu perempuan.” “Maaf Juragan….” “Berhentilah meminta maaf karena saya tidak butuh kata maaf! Asal kamu tahu, kejadian ini bukan hanya mempermalukan saya, melainkan melukai harga diri saya juga,” potong Juragan Iwan. “Untuk pertama kalinya saya diperlakukan seperti ini, padahal di luar sana banyak yang antre ingin menjadi istri saya,” lanjutnya. Awalnya pernikahan Fadia dengan Juragan Iwan akan diliput oleh wartawan dan akan menjadi berita viral tentang cinta beda usia yang terbukti bisa bersatu. Namun, dengan kaburnya Fadia tentu saja Juragan Iwan terpaksa memberikan ‘uang jajan’ pada pemburu berita agar tidak memberitakan soal ini. Ya, Juragan Iwan tidak ingin menjadi viral lantaran calon istrinya kabur padahal beberapa menit lagi pernikahan akan dilangsungkan. “Saya tahu ini sangat fatal, untuk itu saya akan bertanggung jawab dengan cara menemukan Fadia.” “Apa Fadia punya pacar?” tanya Juragan Iwan kemudian. “Atau setidaknya seseorang yang sangat memungkinkan untuk membantunya kabur.” “Sa-saya rasa tidak ada, Juragan,” jawab Bruno yang masih berlutut di hadapan Juragan Iwan. Juragan Iwan tidak langsung menjawab karena sedang sibuk dengan rokok dimulutnya yang segera dinyalakan dengan sigap oleh asistennya. “Kalau begitu, kamu memang sangat lengah. Wajar kehilangan Fadia lagi,” ucap Juragan Iwan kemudian. Sejenak ia mengisap rokoknya dengan santai lalu meniupkan asapnya ke depan. “Bagaimana tidak lengah, kaburnya Fadia itu sudah seperti terencana dengan matang. Anehnya bisa-bisanya kamu tidak tahu apa-apa seperti orang bodoh. Bahkan, orang yang menolong Fadia entah siapa pun itu begitu niat sampai ke tahap merusak semua CCTV. Semua bukan hal yang mudah dan perlu dipersiapkan, tapi kamu malah tidak punya petunjuk apa pun. Dia pasti bukan orang sembarangan.” Bruno terdiam dan mulai berpikir keras. Ia tidak menyangka kelengahannya bisa berakibat sefatal ini. “Kamu yakin dia tidak punya pacar selagi tinggal di desa? Jangan-jangan ternyata ada dan ternyata dia tidak terima Fadia akan menjadi istri saya sehingga membuat kekacauan dengan membawa kabur Fadia di hari pernikahannya.” “Saya pikir tidak ada, Juragan,” jawab Bruno meskipun sebenarnya ia meragukan jawabannya sendiri. “Saya pikir, saya pikir … saya tidak butuh keteledoranmu! Ini sungguh fatal dan saya tidak akan memaafkanmu.” “Juragaan, tolong beri saya waktu untuk menemukan Fadia. Saya berjanji akan membawanya ke hadapan Anda.” “Sejujurnya saya sudah sangat kecewa, tapi cobalah temukan dia. Saya beri waktu kamu tiga hari. Setidaknya dia harus menyerahkan keperawanannya pada saya sebagai ganti rugi.” “Baik Juragan, terima kasih atas kesempatannya. Saya berjanji akan menemukannya dan membawanya ke ranjang Juragan.” Setelah mengisap rokoknya sekali lagi, Juragan Iwan kemudian berkata, “Sungguh sial nasib Fadia punya paman sepertimu.” “Pokoknya temukan dia secepatnya. Jika tidak, siap-siap saja tamat riwayatmu, Bruno,” pungkas Juragan Iwan. *** Malam harinya…. Setelah memastikan Fadia tidur dengan nyenyak dan nyaman, Arsen kemudian duduk di meja kerjanya dan membuka laptopnya. Selama beberapa saat pria itu larut dengan pekerjaan yang beberapa hari ini terlupakan karena sibuk membebaskan Fadia. Tiba-tiba ponselnya bergetar tanda ada panggilan masuk. Arsen sejujurnya malas mengangkatnya karena itu panggilan dari nomor asing. Namun, karena suasana hatinya sedang baik hari ini, membuatnya memutuskan berbicara dengan siapa pun yang ada di ujung telepon sana. “Ya?” sapa Arsen setelah menempelkan ponselnya di telinga. “Apa saya sedang berbicara dengan Tuan Arsen?” “Ini siapa?” “Kembalikan Fadia sekarang juga. Kembalikan selagi saya memintanya dengan cara baik-baik.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN