Bianca menyeringai puas, merasakan euforia kecil yang mendesak di dadanya. Ia tahu persis bahwa Rossa tidak akan pernah menolak ide-idenya, tak peduli seberapa beraninya rencana yang ia buat. Ibunya itu selalu jadi pendukung setia. "Sayang, kamu ini pintar sekali. Siapa sih yang mengajarimu jadi secerdik ini?" Suara Rossa terdengar lembut namun penuh kebanggaan. "Ya iyalah, anak siapa dulu? Anak Mama, 'kan?" jawab Bianca bangga, menambahkan sedikit nada genit dalam balasan itu. "Mama juga 'kan, yang buat aku sepintar ini?" Rossa tersenyum, tapi sorot matanya tegas. "Ya sudah, sekarang mumpung papa kamu lagi di perusahaan, kita langsung saja ke rumah sakit. Jangan menunda-nunda. Waktu adalah uang." "Tepat sekali, Ma. Aku juga nggak mau terlalu lama menunggu. Tangan aku ini sudah gatel b