Bab 21. Rencana Kania

1049 Kata

Happy Reading Kania menggenggam erat tangan Ayahnya yang kini bebas dari selang infus. Air mata mengalir deras membasahi pipinya, hatinya dipenuhi rasa sesak yang mendalam melihat sang Ayah terbaring tak sadarkan diri. Rasa takut kehilangan kembali mencengkeramnya, bayangan masa lalu yang kelam kembali menghantuinya. Namun, secercah harapan muncul ketika ia mengingat perkataan dokter bahwa Ayahnya telah melewati masa kritis. Meskipun begitu, kecemasan masih menyelimuti hatinya, ia takut jika keajaiban itu hanya sementara. "Ayah, mengapa hal ini terulang kembali? Di tanggal dan bulan yang sama, hanya tahunnya yang berbeda, Ayah juga terbaring sakit seperti ini di kehidupan sebelumnya. Bahkan, Ayah pergi meninggalkan aku untuk selamanya. Tapi kali ini, aku berjanji, aku tidak akan mem

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN