6. Takjil Buatan Anne

756 Kata
Pagi ini, Anne baru saja bangun dari tidurnya dan merasakan udara begitu segarnya. Ia melihat ibunya sedang duduk di ruang tamu, membaca Al-Quran. Wajah ibunya tampak khawatir, tetapi penuh kasih sayang. “Sudah bangun, An?” “Bu, kita tidak berjualan lagi?” “Iya,” Anne menghela napas. Ia duduk dalam diam dan menyandarkan kepalanya di kursi. "Ibu tahu kamu kecewa, Nak. Tapi, kesehatanmu yang utama. Ibu tidak mau kamu sakit lebih parah," ujar ibunya lembut, sambil mengelus kepala putrinya. Anne mengangguk, mencoba memahami kekhawatiran ibunya. Ia tahu, asam lambungnya memang sering kambuh jika ia terlalu lelah atau stres. Berjualan takjil memang mengasyikkan, tetapi juga melelahkan. "Iya, Bu. Anne memang libur jualan. Tapi, bolehkah Anne membantu Rina dari dalam rumah? Misalnya, membungkus kue atau membuat es buah?" tanyanya, mencoba mencari celah. Ibunya tersenyum, melihat semangatnya yang tak pernah padam. "Tentu saja boleh, Nak. Asal jangan terlalu lelah, ya?" Anne tersenyum lebar. Ia tahu, meskipun tidak bisa berjualan langsung, ia masih bisa membantu teman-temannya dan berkontribusi untuk keluarganya. Ia berjanji pada dirinya sendiri, lain kali, ia akan lebih menjaga kesehatannya agar bisa berjualan takjil dengan lancar. Ayahnya yang baru datang tersenyum dan menanyakan keadaannya. “Anne sudah jauh lebih baik, Yah. Rasanya tidak karuan kalau kemarin. Tapi sekarang jauh lebih baik,” jawabnya. Anne tahu Ayahnya pasti juga mencemaskan didinya. Tapi dia juga tahu jika kedua orang tuanya berharap agar putrinya ini bisa segera sembuh dan tidak berjualan lagi. Setelah satu minggu tidak berjualan, Anne mendengar cerita dari temannya, ada orang yang terus menerus mencari dirinya dan menanyakan keberadaan rumahnya. “Kamu punya hutang kali An, orangnya seumuran Ayahmu,” “Masa sih? Siapa sih ya? Kalau hutang aku tidak punya, Rin,” ujarnya seraya membungkus bubur ke dalam plastik. Tak lama berselang, ibunya datang ke rumah Rina, memberitahu tentang sebuah surat yang datang untuknya. Anne langsung pulang dan membacanya. “Alhamdulillah, Bu. Aku diterima bekerja di sebuah perusahaan, nggak nyangka, Bu. Anne diterima bekerja,” serunya kegirangan. “Alhamdulillah,” Anne pun bersiap-siap untuk menyiapkan pakaian kerjanya, ibunya juga sibuk dah membelikan tas serta sepatu untuk Anne. Semua serba baru. Keesokan harinya Anne bekerja dengan penuh percaya diri dan memahami setiap arahan yang diajarkan padanya. Anne menjadi karyawan di sebuah perusahaan teknologi yang cukup besar. Ia mulai dikenal sebagai sosok yang ramah, pekerja keras. Selama bekerja, dia kerap membawa kue dan jajanan takjil yang selalu dibawanya sebagai oleh-oleh. Ia mulai menunjuk bakat tersembunyinya, yaitu membuat takjil yang lezat. Setiap saat, Anne selalu membawa berbagai macam takjil buatannya ke kantor untuk dibagikan kepada rekan-rekannya. Ada kolak pisang, bubur sumsum, es buah, dan berbagai macam gorengan yang selalu habis dalam sekejap. Salah satu penggemar berat takjil buatan Anne adalah atasannya, CEO perusahaan tempat Anne bekerja. Pria itu adalah sosok yang disegani, namun juga dikenal sebagai orang yang sangat sibuk dan jarang berinteraksi dengan karyawan lain. Namun, setiap kali Anne membawa takjil, atasannya katanya selalu menyempatkan diri untuk mencicipi dan memberikan pujian. Anne sendiri tidak tahu bahwa atasannya adalah penggemar berat takjil buatannya. Ia hanya senang berbagi dan melihat orang lain menikmati hasil karyanya. Suatu hari, Anne berencana membuat takjil spesial untuk acara buka puasa bersama di kantor. Ia membuat kolak durian dengan resep rahasia yang didapatkan dari ibunya. Kolak durian buatannya sangat istimewa, dengan rasa durian yang kuat dan tekstur yang lembut. Saat acara buka puasa bersama, kolak durian buatan Anne menjadi primadona. Semua orang memuji kelezatannya, termasuk atasan mereka. Namun, pria yang merupakan CEO itu belum tahu siapa yang membuatnya. Ia sibuk bertemu para klien dan pertemuan dengan beberapa orang bisnis lainnya. Atasan mereka bahkan mengambil dua mangkuk dan mengatakan bahwa ini adalah kolak durian terenak yang pernah ia makan. Anne tidak mendengarnya karena ia berada di belakang sedang menyiapkan makanan lain. Jika ia mendengarnya pasti merasa sangat senang dan bangga. Setelah acara buka puasa bersama selesai, atasannya memanggil Anne ke ruangannya. Ia mengucapkan terima kasih atas takjil yang telah dibuat oleh Anne dan mengatakan bahwa ia sangat mengagumi bakat Anne. “An, kamu dipanggil Tuan CEO tuh!” ledek temannya. “Aduh, untuk apa sih ya?” tanyanya cemas. “Barangkali mau minta kolaknya lagi,” serunya sambil tertawa. Karyawan lain juga merasa girang saat mendengar atasan mereka memanggil Anne untuk masuk ke ruangan. Mereka antusias menunggu di luar ruangan saat Anne berjalan menuju ke ruangan pribadi CEO mereka. Anne mengetuk pintu dan dipersilakan masuk. Ia merasakan debaran kencang di jantungnya dan membuka pintu. Pria yang merupakan CEO perusahaan ini tengah berdiri membelakanginya. Ia diminta duduk dan ketika pria itu bersuara, Anne mulai teringat seseorang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN