“Alea! Alea! Buka pintunya!” gedoran di pintu terdengar begitu keras dan membuat Alea harus bergegas membuka pintunya sebelum roboh. “Ceko?” “Apa yang sedang kamu lakukan? Kenapa lama sekali baru buka pintu?” cecarnya. Dilihatnya penampilan Alea dan dia merasa nggak ada yang aneh. Ceko langsung memeluk tubuh Alea erat-erat. “Aku takut sekali terjadi apa-apa sama kamu. Kamu baik-baik saja kan?” tanya Ceko sambil melepaskan pelukan dan memeriksa tubuh Alea. “Aku baik-baik saja. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku,” kata sambil berjinjit dan mengecup bibir Ceko. Ini sebuah kemajuan. Alea yang biasanya, nggak akan berkata sepanjang itu dan juga berinisiatif duluan mengecupnya. Kening Ceko mengerut ketika dia melihat Alea tersenyum padanya dengan pandangan yang sangat dia rindukan. “Ka-