Aku merasakan tangan Chery menarik tanganku untuk meninggalkan ruang perawatan VIP. "Kak Kanaya, ayo kita pergi. Biarin jangan ditanggapi orang yang sudah tidak waras," ajak Chery dengan nada yang santai.
Chery benar, sudah cukup drama hari ini. Tujuanku kesini untuk melakukan perawatan agar tidak diremehkan dan direndahkan oleh Mas Raja dan selingkuhannya.
Tapi, Viora yang tidak ingin aku pergi langsung mencegahku. "Kanaya jangan pergi, kamu bayar dulu perawatan kecantikan aku," cegah Viora hendak menarik tanganku, tapi sudah keburu ditepis Chery dengan gerakan yang cepat.
Aku tersenyum melihat Viora yang semakin kesal, marah dan panik. "Viora, selama ini suamiku sering membelikan kamu barang-barang mahal tas branded dan perhiasan, kenapa kamu tidak memakainya untuk membayar perawatan kamu. Sebagai wanita harus kamu masih sedikit memiliki harga diri, jangan meminta yang bukan milik kamu," kataku sedikit menyindirnya dengan nada yang tegas, sambil melirik ke jari lentik Viora yang tersemat sebuah cincin berlian yang sangat cantik dan mewah.
Cincin itu adalah cincin solitaire dengan berlian besar yang dikelilingi oleh berlian-berlian kecil, membuatnya terlihat sangat elegan dan mahal.
Sebenarnya, hati ini sakit melihat Viora mengenakan cincin itu, karena selama menikah dengan Mas Raja, aku tidak pernah menerima hadiah perhiasan apa pun selain cincin pernikahan yang sederhana. Rasanya tidak adil, Viora yang tidak memiliki hubungan resmi dengan Mas Raja bisa menerima hadiah yang begitu mewah, sementara aku sebagai istri sah tidak pernah menerima apa-apa. Aku hanya bisa tersenyum pahit melihat ketidakadilan itu.
Viora melihat jemarinya, lalu dengan cepat menutupinya dengan tangan kirinya, seolah-olah tidak ingin aku melihat lebih dekat cincin yang dikenakannya. "Enak saja, cincin ini pemberian Raja sebagai simbol cinta kami. Aku tidak mau tahu, cepat bayar tagihanku. Sebagai imbalannya, aku akan menyuruh Raja bersikap sedikit baik sama kamu," ucap Viora dengan nada yang sombong.
Aku hanya bisa tersenyum miris, selingkuhan suamiku bahkan dengan bebas bisa mengatur sikap seperti apa yang perlu dilakukan suamiku terhadapku. Tuhan, sampai kapan aku bertahan dengan pernikahan seperti ini?
Aku tersentak kaget, saat tiba-tiba Chery menarik jemari Viora dengan kasar. Chery merebut cincin yang dikenakan Viora dengan gerakan yang cepat dan tepat. "Cincin ini seharusnya buat istri sah, bukan pelakor seperti kamu," kata Chery dengan nada yang tegas, membuat Viora panik.
"Aaargh! Chery berikan cincin itu," teriak Viora dengan suara yang keras, mencoba merebut kembali cincin yang sudah diambil oleh Chery. Tapi Chery tidak peduli, dia memasukan cincin milik Viora ke dalam saku celana belakangnya dengan cepat.
"Tidak mau, cincin ini terlalu mahal untuk kamu," ejek Chery dengan senyum yang lebar, membuat Viora semakin marah.
"Chery berikan, kalau kamu tidak memberikan cincin itu aku akan laporkan ke polisi dengan pasal pencurian," ancam Viora, membuat aku dan Chery tertawa melihat sikap konyol Viora.
Aku tidak bisa menahan tawa, melihat Viora yang semakin panik dan marah. "Viora, silahkan lapor polisi. Nanti kamu yang akan malu sendiri," kataku dengan nada yang santai, membuat Viora semakin kesal. Chery hanya tersenyum, masih memegang saku celana belakangnya yang berisi cincin Viora, seolah-olah menantang Viora untuk melakukan apa pun.
"Aku akan laporkan ke Raja, supaya nanti Raja memberikan kamu pelajaran yang lebih menyakitkan," ancam Viora lagi, dengan mata yang menyala-nyala karena emosi. Kuberikan senyum termanisku, tidak peduli dengan ancaman Viora.
"Viora, pelajaran yang diberikan suamiku itu. Dia akan semakin ganas dan kuat di atas ranjang," kataku dengan suara pelan, membuat Viora terdiam sejenak, seolah-olah tersadar akan kebiasaan suamiki yang tidak bisa dia kendalikan. Aku melihat sedikit rasa takut di mata Viora.
Aku sengaja mencondongkan tubuhku mendekati Viora, membuat jarak antara kami semakin dekat. "Kamu tahu, aku suka gaya Mas Raja yang kuat di ranjang membuatku sangat puas," bisikku dengan suara yang lembut, membuat Viora semakin tidak nyaman. Aku bisa merasakan napas Viora yang terengah-engah. "Kami memiliki hubungan yang sangat intim, dan aku sangat menikmatinya," lanjutku, membuat Viora semakin kesal dan tidak berdaya.
"Dasar licik! Kamu pasti hanya ingin memanas-manasiku. Mana mungkin Raja bernafsu dengan wanita miskin, jelek seperti kamu," ejek Viora dengan nada yang menyakitkan, membuatku tersenyum tipis.
"Wajahku memang jelek, Viora. Tidak cantik seperti kamu yang banyak polesan," kataku dengan suara yang tenang, sambil memperhatikan Viora yang semakin kesal. "Tapi asal kamu tahu, Mas Raja meminta jatah di ranjang hampir setiap hari, berarti dia menyukai tubuhku," lanjutku dengan nada yang santai, membuat Viora semakin tidak percaya.
Aku bisa melihat kemarahan dan kekesalan di mata Viora, tapi aku tidak peduli. Aku memiliki kekuatan yang tidak dimiliki oleh Viora, yaitu status sebagai istri sah. Dan itu membuatku merasa lebih unggul daripada Viora.
Viora menghentakkan kakinya ke lantai dengan keras, menunjukkan kekesalannya yang sudah tidak terbendung lagi. Dia terlihat sudah kalah telak dalam perdebatan ini, dan aku merasa puas.
Karyawan salon kecantikan yang sejak tadi mendengar perdebatan kami, yang awalnya memuji Viora karena model terkenal dan juga calon istri Raja Kawandra, sekarang berbalik sinis.
"Cepat bayar, Nona Viora. Kami tidak ada waktu untuk meladeni drama ini!" tegas karyawan kecantikan itu dengan nada yang tidak sabar, membuat Viora semakin kesal.
"Tapi, aku tidak memiliki uang. Tolong kasih aku kelonggaran, aku pulang dulu untuk mengambil uang. Nanti aku kesini lagi," ucap Viora dengan wajah memelas, berharap karyawan salon kecantikan itu bisa memberikan keringanan.
"Tidak bisa. Sekarang bayar," tegas karyawan salon.
"Aku ini Viora model terkenal, kamu pikir aku tidak bisa membayar semua ini!" Viora membuka tas bermerknya yang mewah, kemudian dia mengambil sebuah kunci mobil yang terlihat seperti kunci mobil mewah.
"Ini kunci mobil, untuk jaminan sementara sampai aku membawa uang untuk membayar," ucapnya dengan wajah yang lemas, menunjukkan bahwa dia sudah tidak memiliki pilihan lain.
Chery tiba-tiba menarik tanganku dengan kuat, langsung membawaku keluar dari ruang perawatan VIP. "Ayo, Kak, kita pergi dari sini. Biarkan dia menanggung sendiri," kata Chery dengan senyum yang lebar. Aku masih mendengar suara teriakan Viora yang memakiku dengan kata-kata kasar.
"Yang penting aku sudah mengamankan cincin ini," ucap Chery sambil memegangi kantong celana belakangnya yang berisi cincin Viora, membuatku tersenyum melihat tingkah konyol adik iparku. Aku merasa bangga dengan Chery yang berani melawan Viora.
"Chery, kalau Mas Raja marah, bagaimana?" tanyaku dengan sedikit rasa takut, memikirkan reaksi suamiku jika mengetahui apa yang terjadi. Tapi Chery tidak terlihat khawatir.
"Kak Kanaya tenang saja, kalau Kak Raja marah. Nanti aku adukan ke papa, biar hukumannya ditambah lagi," kata Chery dengan nada yang santai, membuatku merasa lega. Chery kemudian mengambil cincin dari saku celananya, lalu memberikannya ke tanganku. "Cincin ini yang berhak Kak Kanaya," katanya.
Aku menggeleng kepala, karena aku tidak ingin cincin itu berada di tanganku. "Chery, cincin ini kamu saja yang simpan. Aku takut kalau aku yang menyimpannya, Mas Raja mengambilnya lagi," kataku dengan nada yang lembut, membuat Chery mengangguk paham. Aku yakin suamiku tidak akan segan-segan mengambil kembali cincin itu jika dia tahu aku yang menyimpannya.
"Kalau begitu, cincin ini aku simpan, buat jaga-jaga kalau Kak Kanaya sudah tidak kuat dengan Kak Raja," kata Chery dengan nada yang lembut, membuatku terharu. "Buat tabungan, karena harga cincin ini sangat mahal, bisa buat modal usaha kakak. Walau sebenarnya, aku ingin Kak Kanaya bertahan bersama kakakku," lanjut Chery dengan suara yang penuh kasih sayang.
"Tapi, melihat sikap Kak Raja ke Kak Kanaya, aku kasihan dengan kakak," lirih Chery, membuatku merasa tersentuh. Aku tidak menyangka Chery memahami situasi yang aku alami dengan Mas Raja.
"Terima kasih ya, Chery. Aku bersyukur memiliki adik ipar seperti kamu," kataku dengan suara yang tulus, membuat Chery tersenyum. Kami saling berpelukan, merasakan kehangatan dan kasih sayang antara kami.
"Ya sudah, sekarang kakak harus di make over," kata Chery dengan nada yang ceria. "Ini usaha terakhir untuk membuat Kak Raja jatuh cinta sama kakak. Kalau usaha ini tidak berhasil, aku tidak tahu harus gimana lagi," lanjut Chery dengan sedikit keraguan. Aku hanya bisa tersenyum, dan berterima kasih dengan apa yang dilakukan Chery. Tapi, aku tidak mau berharap lebih.
Chery menggandengku masuk ke dalam ruang perawatan VIP yang sama mewahnya dengan ruang perawatan yang digunakan Viora. Di dalam ruangan sudah ada beberapa karyawan salon yang siap memberikan perawatan kecantikan kepada kami. Mereka semua mengenakan seragam putih yang rapi dan bersih, dengan logo salon yang elegan.
"Nona Kanaya, silakan duduk di sini," kata salah satu karyawan salon, menunjuk ke arah kursi perawatan yang terlihat sangat nyaman. Chery membantu aku duduk di kursi perawatan, kemudian karyawan salon mulai bekerja.
Pertama-tama, mereka melakukan pembersihan wajah dengan menggunakan pembersih wajah yang lembut dan efektif. Kemudian, mereka melakukan eksfoliasi kulit untuk menghilangkan sel-sel kulit mati dan membuat kulit terlihat lebih cerah dan halus.
Setelah itu, mereka melakukan facial treatment dengan menggunakan masker wajah yang mengandung bahan-bahan alami seperti vitamin C dan ekstrak tumbuhan. Masker wajah ini membuat kulitku terasa sangat lembut dan lembab.
Sementara itu, Chery duduk di sebelahku, memperhatikan proses perawatan dengan sangat teliti. "Kak Kanaya, aku ingin kamu terlihat sangat cantik hari ini," katanya dengan nada yang penuh harapan.
Setelah facial treatment selesai, karyawan salon mulai melakukan perawatan rambut. Mereka menggunakan sampo dan kondisioner yang berkualitas tinggi untuk membuat rambutku terlihat sehat dan bercahaya. Kemudian, mereka melakukan styling rambut dengan menggunakan alat-alat styling yang canggih.
Setelah perawatan rambut selesai, karyawan salon mulai melakukan make up. Mereka menggunakan produk-produk make up yang berkualitas tinggi dan teknik make up yang sangat baik untuk membuat wajahku terlihat sangat cantik dan elegan.
Ketika proses perawatan selesai, aku melihat diri sendiri di cermin dan terkejut dengan perubahan yang sangat besar. Aku terlihat sangat cantik dan elegan, dengan kulit yang cerah dan halus, rambut yang sehat dan bercahaya, serta make up yang sangat natural dan indah.
"Chery, aku terlihat sangat cantik hari ini," kataku dengan nada yang penuh kebanggaan.
Chery menatap dengan pandangan kagum. "Kak Kanaya, kamu terlihat sangat cantik, Viora kalah cantiknya dengan Kak Kanaya. Aku yakin Kak Raja akan jatuh cinta sama kakak," puji Chery.