Zura bersenandung kecil ketika dirinya melewati lorong sepi menuju ruangan D. Dia sempat mengerutkan kening mengapa keadaan begitu horor padahal sebelumnya lorong itu selalu dilewati orang-orang yang jalan dengan langkah terburu-buru. Yang namanya Zura tak akan mau ambil pusing tentang hal itu, dia lebih memilih menikmati langkahnya ditemani permen karet yang sudah hambar di mulutnya. Sesekali ia membuat balon kecil, lalu mengumpat ketika balon itu pecah dan menempel di bibirnya. Dia membuka pintu ruangan D dengan kartu keanggotaannya, berjalan santai seolah dunia miliknya sendiri. Tapi kesantainnya itu berubah jadi bencana alam di otaknya ketika melihat dua lelaki yang sangat-sangat ingin ia hindari sedang berdiri dengan gaya berkelas didepan para anggota D yang lain, sepertinya sedang