Kelopak mata Yara terbuka lebar dengan napas memburu. Tangannya terkepal erat dibalik selimut tebal yang menghangatkan tubuhnya. Keringat bercucuran membasahi wajah, leher, dan tubuhnya hingga pakaiannya pun turut basah. Mimpi itu datang lagi. Mimpi saat ia pulang dari sekolah dan menemukan keberadaan ibunya yang tewas mengenaskan dengan kepala terpisah dari tubuh. Yara mengusap air matanya yang tanpa sadar mengalir membasahi pipinya. Ya ampun, mimpi itu selalu datang dalam beberapa waktu ini. Tubuh Yara masih gemetaran. Tekad dalam hatinya tumbuh begitu besar untuk menemukan keberadaan pembunuh ibunya. Orang-orang yang membuatnya kehilangan ibunya harus mati juga dengan cara tak lazim. Yara turun dari tempat tidurnya. Meraba sekitar ruangan yang terasa hampa. Hanya gelap ya