Tampak Axel tetap setia mendampingi sang istri. Dia menggenggam jemari Kate yang kini tampak pucat setelah transfusi darah. Dari wajahnya yang letih, masih terpancar senyum lembut—sebuah senyum yang justru membuat hati Axel semakin perih. “Sayang, setelah semua yang terjadi padamu, bahkan mereka menyakitimu dan menyerangmu. Berusaha keras untuk memisahkan kita. Tapi, kamu justru memilih untuk tetap mengulurkan tangan membantu mereka yang sudah kejam padamu. Nikmat Tuhan yang mana lagi yang engkau dustakan?” Bisiknya dalam hati sambil emmbelai rambut sang istri dengan sesekali menegcupnya lembut. Kate menyandarkan kepalanya di bahu sang suami, mencari kehangatan dalam dekapan untuk menguatkan betapa hatinya sebenarnya rapuh dan tidak sanggup lagi menjalani semua yang terjadi bertubi-tubi s

