Langit sore itu berwarna kelabu, seperti lembar kertas tua yang basah oleh waktu. Axel berdiri di tepi pemakaman kecil di luar kota. Ia tidak membawa pengawal, tidak juga mobil anti peluru. Hanya jas hitam, dan bunga lili putih di tangannya. Nama di batu nisan di depannya bukan nama Kate. Bukan nama siapa pun yang dia cintai. Tapi nama seseorang yang dulu menjadi korban dari perang yang dia ciptakan — seorang pekerja biasa, ayah dari dua anak, yang meninggal saat salah satu proyeknya terbakar akibat sabotase Yunglow dan serangan balasannya. Di situlah Axel berlutut, diam dalam penyesalan. Meski dirinya sudah memberikan kompensasi untuk keluarga korban, tapi rasa bersalahnya sebagai manusia tidak bisa luput dar hati nuraninya. Dia hanya diam di tengah kesunyian area pemakaman. Sendi

