Musik klasik mengalun pelan di aula utama. Lampu gantung kristal memancarkan cahaya keemasan, membias di permukaan lantai marmer dan gaun-gaun mahal yang berkilauan. Nathaniel berdiri sejenak di sisi ballroom, mengamati kerumunan tamu yang mulai mengenakan topeng sesuai undangan acara dansa topeng yang akan segera dimulai. Ia masih terbayang-bayang oleh perasaan aneh ketika sebelumnya melihat sosok wanita bergaun merah di ujung ruangan. Tapi ketika ia mencoba mencarinya kembali, sosok itu menghilang ke antara para tamu. Aurelia menepuk lembut bahunya. “Aku ke toilet sebentar,” katanya, tersenyum sambil merapikan ujung gaunnya yang masih meninggalkan noda anggur. Nathaniel mengangguk. “Aku tunggu di sini.” “Temani Gabriel kalau dia datang. Jangan pergi ke mana-mana dulu, oke?” Aurelia