Malam sudah turun sepenuhnya. Rumah tua itu kini hanya diterangi cahaya lampu darurat kecil dan sinar dari layar laptop Nathaniel yang terus terbuka di meja. File demi file mereka pindahkan ke flashdisk cadangan, dan Yudistira duduk mengamati mereka dalam diam. “Kalian harus sebarkan ini ke tiga arah sekaligus,” katanya pelan. “Media, kepolisian, dan pihak dalam istana. Jangan cuma satu. Karena kalau hanya satu, mereka bisa bungkam semua.” Nathaniel mengangguk. “Aku punya jaringan. Beberapa wartawan yang masih jujur, dan orang kepercayaan Ayahku.” Yudistira menoleh padanya. “Ayahmu Revano... dia pengacara hebat. Tapi dia juga main di garis abu-abu. Hati-hati, anak muda. Dunia hukum tidak selurus logika idealismu.” Nathaniel tidak menjawab. Ia sibuk menyalin data. Tapi pikirannya tidak