Perjalanan ke Pangalengan sunyi. Jalanan sempit mulai dipenuhi kabut saat sore menjelang. Rumah-rumah kayu tua berjejer jarang, dikelilingi ladang dan hutan kecil. Udara terasa makin dingin, tetapi yang membuat Alika menggigil bukan hanya suhu. Ia merasakan... sesuatu tidak beres. Nathaniel masih diam di kursi depan, kini memainkan ponselnya sambil mencuri pandang ke arah Rafi. Foto Aurelia di dalam kompartemen mobil masih terbayang jelas. Sudut pengambilan, pencahayaan—semua seperti diambil oleh seseorang yang berada di tempat kejadian... bukan sekadar menerima foto. “Berapa lama lagi sampai tempatnya?” tanya Nathaniel, memecah keheningan. “Kurang lebih sepuluh menit lagi,” jawab Rafi singkat. “Lewat jalur utama atau pintas?” “Jalur pintas, lebih sepi. Kita akan sampai lebih cepat.