[21+ part]
Nathaniel tidak tahu kapan tepatnya ia kehilangan kendali. Yang ia tahu hanyalah bagaimana tatapan Aurelia menelannya hidup-hidup, bagaimana bibir lembut itu menuntutnya, dan bagaimana hangat tubuh perempuan itu membuatnya sulit bernapas. Setiap kali ia ingin menarik diri, ada semacam tarikan tak kasat mata yang justru mendorongnya lebih dalam, lebih dekat, lebih larut.
Aurelia menggenggam wajah Nathaniel, memaksanya menatap mata beningnya yang berkilau. “Aku selalu menunggu kamu, Nath. Bahkan ketika kamu sibuk, bahkan ketika kamu jauh. Aku tidak pernah pergi. Hanya aku yang selalu di sini.”
Kata-kata itu menusuk sesuatu dalam d**a Nathaniel. Ada bagian dari dirinya yang ingin menyangkal, namun lidahnya kelu. Ia hanya bisa menjawab dengan ciuman lain—panjang, intens, seakan m
