Cahaya putih rumah sakit membias samar ketika kelopak mata Nathaniel perlahan membuka. Sinar lampu neon menusuk penglihatannya yang buram, membuatnya menyipit perlahan. Kepalanya terasa berat—seolah ada batu besar yang menimpa bagian belakangnya. Aroma alkohol medis, suara mesin monitor detak jantung yang monoton, dan getaran lembut pada infus di tangan kirinya perlahan menyusun satu kalimat dalam benaknya: dia ada di rumah sakit. Pandangannya perlahan fokus ke atap, lalu beralih ke sisi ruangan. Di sana, Aurelia duduk di kursi penunggu dengan ekspresi lelah namun waspada. Rambutnya dikuncir asal-asalan, dan riasannya nyaris hilang, tapi kecemasannya begitu nyata. "Nathan..." Suara itu lirih namun menggetarkan. Aurelia langsung bangkit dari kursinya dan menghampiri ranjang. Ia menggengg