[Nathaniel POV] Fajar baru saja menyentuh pucuk langit Jakarta ketika Nathaniel berdiri kaku di depan jendela kamarnya, masih dalam balutan kaus tipis dan celana tidur. Suara telepon dari wanita yang mengaku bernama Alika tadi masih terngiang-ngiang di telinganya. “Tolong selamatkan aku... hanya kamu yang bisa menyelamatkanku.” Itu adalah suara yang seharusnya tidak berarti apa-apa. Ia tidak mengenalnya. Tidak tahu siapa wanita itu. Namun mengapa d**a ini terasa seakan ditarik paksa dari dalam? Di meja samping tempat tidur, ponselnya masih menyala, menunjukkan panggilan terakhir berdurasi satu menit dua puluh tiga detik. Ia bahkan belum sempat mengucapkan sepatah kata pun setelah mendengar nama "Alika" diucapkan—nama yang samar namun begitu kuat menempel dalam relung terdalam pikirannya