Suara pintu mobil tertutup dengan keras karena Rayven membantingnya ketika menutup pintu tersebut. Alika jatuh terduduk di kursi belakang, tubuhnya basah kuyup oleh hujan yang belum berhenti mengguyur sejak tadi. Rambutnya menempel di pipi, matanya sembab, dan dadanya naik turun tak beraturan akibat napas yang tercekat antara tangis, marah, dan rasa tidak percaya. Rayven duduk di sampingnya, membuka jaket hitamnya yang basah, lalu melemparkannya ke jok depan. Mobil itu mulai melaju dalam keheningan mencekam, hanya diselingi bunyi gesekan wiper membersihkan kaca. "Jadi," kata Rayven, suaranya tenang tapi mengandung bara. "Kamu benar-benar mau kabur ke pelukannya lagi? Bahkan setelah semua yang terjadi?" Alika menoleh tajam, wajahnya pucat namun matanya menyala karena emosi yang tertahan