Langit Jakarta sore itu tampak muram, meski matahari masih mencoba menembus celah awan kelabu yang menggantung rendah. Udara lembap menempel di kulit, menyisakan rasa gerah bercampur cemas yang sudah menghuni d**a Alika sejak pagi. Tangannya mencengkeram erat tali tas kecilnya, langkahnya cepat tapi tak tergesa, seperti seseorang yang tengah melangkah di atas garis tipis antara keberanian dan kehancuran. Motor ojek online yang tadi membawanya sudah menghilang di tikungan, meninggalkannya berdiri di depan gedung firma hukum Nathaniel Alvaro Mahendra. Gedung itu menjulang tinggi, kaca-kaca eksteriornya memantulkan bayangan langit sore, memberi kesan dingin sekaligus mewah. Setiap sudutnya memancarkan profesionalitas—dan jarak. Jarak yang selama ini memisahkan dirinya dari satu-satunya orang