Langit sore itu tampak suram, seakan menyalin persis isi hati Alika. Ia berdiri di dekat pintu kaca kafe, menatap dari jauh siluet Nathaniel yang kini melangkah menjauh bersama Aurelia. Payung hitam yang mereka bawa menutup sebagian wajahnya, tapi tetap saja Alika tahu, itu Nathaniel. Setiap gerakan, setiap langkah, bahkan cara Nathaniel sedikit menunduk ketika berbicara… semua terlalu familiar, menusuk ke dalam ingatannya seperti bilah tipis yang dingin. Ia ingin berlari, ingin sekali menerobos hujan dan menarik Nathaniel kembali ke dalam, memaksa pria itu untuk mendengarnya, memohon agar ia mengingat. Namun yang terjadi malah sebaliknya—Aurelia meraih lengannya, membawanya masuk ke mobil yang sudah menunggu di pinggir jalan. Dalam hitungan detik, mobil itu bergerak pergi, membawa satu-s