[21+ part] Hujan baru saja reda ketika Nathaniel membuka pintu apartemen Alika dengan kunci yang sudah sejak beberapa minggu lalu ia duplikat diam-diam atas permintaan Alika sendiri. Lampu ruang tamu masih menyala lembut. Aroma vanila dari lilin aromaterapi yang biasa dinyalakan Alika saat gelisah masih menggantung di udara. Begitu Nathaniel masuk dan menutup pintu, suara langkah Alika terdengar dari lorong. “Aku pikir kamu nggak akan datang malam ini,” suara Alika serak. Ia hanya mengenakan kaus kebesaran dan celana pendek linen yang jatuh tepat di tengah pahanya. Nathaniel tidak langsung menjawab. Ia menatap wajah Alika dalam diam. Wajah yang sudah akrab di benaknya, tapi setiap kali melihatnya, tetap bisa menghentikan napasnya sesaat. Ada lelah di mata Alika. Tapi juga ada kelegaan s