Dari jauh, Nathaniel melihat mereka berbicara—tapi tak bisa mendengar. Ia bersandar di dinding lorong kamar, tangan di saku, wajahnya penuh dilema. Kenapa hati bisa mencintai dua orang dalam cara yang berbeda… dan sama-sama menyakitkan? Beberapa detik kemudian, ia mendengar langkah kaki pelan. Alika keluar dari ruang makan tanpa berkata apa-apa. Hanya menatap Nathaniel… dan lewat begitu saja. Nathaniel masuk ke dapur. Aurelia masih duduk di sana, memutar cangkirnya perlahan. “Kalian bicara?” tanya Nathaniel hati-hati. Aurelia mengangguk, menatapnya. “Aku nggak nuntut kamu pilih aku, Nath. Tapi aku juga nggak mau jadi bayangan yang kamu biarkan hidup terus tanpa arah.” Nathaniel mendekat, duduk di kursi seberangnya. “Aku bingung, Rel. Aku nggak bisa bilang cinta itu hilang. Tapi aku