Langkah-langkah kaki mahasiswa yang lalu lalang di sekitar taman kampus tak pernah terdengar sedemikian asing bagi Nathaniel. Suara tawa, percakapan santai, bunyi gesekan sepatu di lantai marmer—semuanya membaur menjadi latar yang samar. Yang ada hanyalah sosok gadis di hadapannya, dengan mata yang bergetar antara ketakutan dan keberanian. Alika. Nama itu baru saja ia dengar dari bibir Nathaniel, baru saja ia ulangi dalam hati beberapa kali, tapi entah kenapa terasa berat. Seolah-olah kata itu membawa beban dari masa lalu yang tersimpan rapat di balik kabut pikirannya. Nathaniel menatap gadis itu lama, ada denyut samar di pelipisnya setiap kali ia mencoba menghubungkan wajah itu dengan serpihan memori yang berkelebat cepat lalu hilang lagi. “Kenapa kamu menatapku begitu?” tanya Alika de