Nathaniel tidak segera kembali ke meja Abian setelah melihat Alika ditarik oleh pria asing yang disebut Rayven. Kakinya tertahan di lantai marmer ballroom, seolah ada jangkar tak kasat mata yang menahan langkahnya. Musik pesta berlanjut dengan irama waltz yang riang, suara tawa dan percakapan mengisi ruangan, tetapi di telinganya hanya ada gaung kata-kata itu—kata-kata yang dilontarkan Alika dengan suara lirih, begitu pelan, namun cukup untuk mengguncang hatinya sampai dasar. Aku akan sentuh kamu, bukan karena aku ingin tubuhmu… tapi karena aku mencintaimu. Kalimat itu berputar, bergema, lalu menggulung seperti gelombang besar yang tak berhenti menabrak dinding pikirannya. Ia berdiri kaku, memijit pelipis yang tiba-tiba terasa nyeri. Sesuatu berusaha keluar, seperti sebuah pintu lama yan