16 : Hak Kuasa Nabila

1683 Kata
"Mulai hari ini, Nana jadi pacar kita bertiga." Nabila membulatkan kedua matanya lebar-lebar, "hah?" gumamnya mendadak linglung. Dia menatap ketiga laki-laki dihadapannya secara bergantian. Dimulai dari Raka─yang tadi mengatakan bahwa dia menjadi pacarnya─ah, tidak. Pacar mereka bertiga─yang kini tengah tersenyum kelewat lebar hingga kedua matanya menyipit. Lalu beralih pada Aksa, yang entah kenapa terlihat menggemaskan, wajah laki-laki itu merona dan jelas sekali bahwa Aksa kini tengah menahan senyumnya. Satu hal yang tidak Nabila tahu, Aksa sudah seperti itu sejak semalam, lebih tepatnya sejak Raka mencetuskan sebuah ide yaitu, Nabila bakal jadi pacar kita bertiga. Hanya dengan satu kalimat sakral, Aksa tidak bisa berhenti menahan senyum. Terakhir pada Barga yang berdiri disebelah kiri Raka, wajah laki-laki itu awalnya datar-datar saja. Tapi saat tatapan Nabila jatuh padanya, pelan-pelan dia menarik sebuah senyum miring─ senyum yang entah sejak kapan sudah menjadi favorite Nabila. Nabila langsung mengalihkan tatapannya cepat sebelum kedua pipinya memanas. "Coba ulang tadi lo ngomong apa?" Nabila beralih pada Raka. Senyum Raka kian melebar, hingga Nabila takut sudut-sudut bibirnya akan robek. "Nana. Jadi. Pacar. Kita. Bertiga." Kalimat yang penuh dengan penekanan. "Apasih?" Nabila mulai terlihat tidak nyaman, "jangan ngomong ngelantur deh, malu diliatin orang." Gadis itu mengedarkan pandangannya pada beberapa siswi kompleknya yang kini ikut menunggu angkot didepan g**g bersamanya. Iya, Nabila sedang menunggu angkot untuk berangkat sekolah. Tapi tanpa diundang, triplets ­tiba-tiba muncul didepannya. "Aku nggak ngomong ngelantur, sayang." Wajah Nabila memanas. "Raka." Raka menyeringai. "Aku serius, kita bahkan buat perjanjian tertulis pake materai 6000. Ada tanda tangan Aku, Barga, Aksa dan ... kamu." Aksa dengan sigap mengeluarkan perjanjian tertulis yang dia simpan didalam tasnya, lalu menyerahkannya pada Nabila ala-ala prajurit memberi surat penting kepada ratu. Nabila kan memang Ratu, Ratu untuk istana hati Aksa hehehe.   17 September 2017. Bersama surat ini, kami memberitahukan kepada Bapak/Ibu disekolah bahwa anak kami yang bernama PASARIBU NAIK ROBERTHO kelas XI IPA 3 tidak dapat mengikuti pelajaran seperti biasa dikarenakan sakit. "Nggh ... kok surat sakit?" Aksa menyambar cepat kertas itu dari tangan Nabila, lalu dia cengengesan saat menyadari bahwa itu adalah surat Ribu─teman sekelasnya─yang dititipkan padanya pagi-pagi sekali, ibunya bilang bahwa Ribu kena penyakit Campak & Rubella. Aksa mengambil kertas yang lain, lalu memberikannya pada Nabila. Dengan cepat Nabila membaca kata-perkata yang ditulis sedemikian rapi menggunakan tangan, Nabila sangat yakin bahwa ini tulisan Aksa, karena dia sendiri pernah melihat tulisan Aksa.   17 September 2017. Kami TRIPLETS BERSAUDARA, mulai dari hari ini akan menjadikan Nabila sebagai pacar kami. Dimana kami sudah memberikan jadwal kencan masing-masing yang akan berlaku mulai dari hari Minggu Ini. Minggu Pertama : Barga. Minggu Kedua : Raka. Minggu Ketiga : Aksa. Akan begitu hingga seterusnya, sampai Nabila memberikan kepastikan akan siapa yang dipilihnya. Kami juga berjanji untuk beberapa hal, yaitu : 1. Tidak boleh ada rasa cemburu antar saudara. 2. Tidak boleh berantem lagi karena Nabila. 3. Menerima semua bentuk kekalahan jika Nabila sudah memilih. 4. Kami harus mencintai Nabila dengan segenap jiwa dan raga kami.   Surat itu diakhiri dengan tanda tangan mereka bertiga dan Nabila, gadis itu langsung mengernyit begitu melihat tanda tangannya. "Ini bukan tanda tangan gue." "Emang." Raka menyela cepat, "kita udah buat salinannya kok, jadi Nana tinggal tanda tangan langsung aja." Aksa mengulurkan sebuah kertas baru pada Nabila, tapi ditepis secara halus oleh gadis itu. "Gue nggak bisa." Nabila berusaha berbicara hati-hati, juga berusaha menyabarkan dirinya untuk tidak berteriak karena terlalu kesal dengan keputusan sepihak yang mereka bertiga ambil. "Yaudah, kalo gitu. Kita berangkat aja dulu ke sekolah. Nana bareng─" "Perum, neng!" Seperti penyelamat di pagi-pagi buta, angkot yang sedari tadi ditunggu oleh Nabila kini muncul. Dengan langkah cepat gadis itu memutar tubuhnya dan berlari mendekati angkot tersebut tanpa mengucapkan sepatah katapun pada mereka bertiga, Raka sampai harus memekik menyuruh Nabila untuk turun, tapi gadis itu justru menyuruh supir angkot untuk langsung tancap gas meninggalkan mereka bertiga. ### SMA 1 Jakarta hari ini dibuat heboh oleh Triplets Bagaskara. Pertama, karena postingan i********: milik Raka yang mengatakan bahwa Nabila sudah menjadi pacar dari ketiganya, tentu itu membuat seluruh fans Raka merasa iri, juga dengan fans yang diam-diam menyukai Aksa dan Barga. Kedua, karena kedatangan mereka bertiga dalam satu mobil yang sama. Biasanya mereka akan menggunakan kendaraan masing-masing, karena bagaimanapun juga mereka tidak pernah terlihat begitu akrab jika disekolah, tapi sekarang, kedatangan mereka bertiga bersamaan membuat gempar. Tentu saja yang menerima dampak paling besar adalah Nabila, karena baru saja dia turun dari angkot lalu masuk ke pekarangan sekolah, tidak pernah ada pasang mata yang melewati Nabila, semua orang melihat ke arahnya dengan beragam tatapan yang tidak Nabila mengerti. "NAB!" Nabila menghela napas lega ketika Lalisa tiba-tiba muncul disampingnya bersama Guanlin tentunya, ada guratan khawatir dari wajahnya yang membuat Nabila langsung tersenyum. Mereka bertiga berjalan beriringan menuju kelas. "Kakak beneran pacaran sama mereka?" Pertanyaan Guanlin mendapatkan gelengan cepat dari Nabila. "Tuhkan, Lin! Gue bilang juga apa, nggak mungkin Nabila pacaran!" Seru Lalisa bersemangat, dapat disimpulkan bahwa mereka sempat menggosipkan Nabila diperjalanan. "Ya kalo mau beneran pacaran juga, mending sama aku aja." Lalisa langsung menoyor kepala Guanlin. "Nggak usah modusin temen gue!" serunya sewot, yang hanya dibalas cengiran oleh laki-laki itu. "Duluan, ya!" Guanlin langsung ngacir ke tangga karna kelasnya berada di lantai dua. Selama melangkah menuju kelas Nabila tidak berhenti untuk memikirkan tindakan ketiga bersaudara itu, selama ini Nabila belum pernah merasakan apa itu namanya pacaran, suka sama lawan jenis pun Nabila nggak yakin pernah atau enggak, karena Nabila nggak pernah fokus sama perasaan-perasaan yang kayak gitu. "Tapi ya Nab, lo keren juga sih." Lalisa berujar tiba-tiba membuat Nabila menoleh padanya. "Maksudnya?" Lalisa merangkul gadis itu. "Lo udah jomblo selama ini, dan tiba-tiba lo punya pacar. Tiga pula nggak cuma satu, udah gitu tiga-tiganya saudara kembar pula, mantap kali neng Nabila ini!" Nabila menyubit pinggang Lalisa keras-keras. "Nggak lucu!" Lalisa terbahak, namun seperti tersadar oleh sesuatu tawa itu langsung mereda dan digantikan dengan tatapan serius. "Gue mau tanya deh," katanya penasaran. "Lo suka nggak sih sama salah satu diantara mereka?" "Enggak." "Buset, cepet amat jawabnya." Lalisa menggelengkan kepalanya pelan, "Tapi serius, nggak ada yang menarik perhatian lo gitu? Apalagi Raka sama Aksa yang udah jelas-jelas nunjukin kalo mereka suka lo, kalo Barga sih gue nggak mau komentar, ya, karena dia datar-sedatar tripleks!" Nabila berpikir sebentar, tapi ternyata jawabannya tidak berubah. "Enggak ada, gue suka, tapi nggak lebih dari yang seharusnya." "Kalo gitu gue punya saran." Nabila tertarik. "Apa?" Lalisa mendekat lalu membisikkan sesuatu ke telinga Nabila, gadis itu menyerap cepat semua kalimat yang Lalisa ucapkan. Hingga sampai dia sadar bahwa saran itu tidak akan menyulitkannya, Nabila mengangguk pasti pada Lalisa yang kini tengah tersenyum lebar. ### "Nabil mau pesen apa? Aksa pesenin yah." "Enggak usah, biar Raka aja yang pesenin, biar higienis." Nabila dan Barga sontak menghembuskan napas lelah, mereka berempat berkumpul dikantin sekarang, dan perkumpulan ini terjadi atas kemauan Nabila. "Gue pesen makan, lo minum." Final Raka, karena Barga masih dalam masa pemulihan jadi laki-laki itu tidak melakukan apa-apa. Bagaimanapun juga, Raka dan Aksa sudah berjanji pada orang tuanya untuk menjaga Barga disekolah. "Lo pasti nggak nyaman." Nabila menoleh, ini adalah suara pertama Barga hari ini. Laki-laki itu menatap Nabila dengan sorot hangat namun geli karena wajah Nabila yang terlihat lelah, pasti gadis itu pusing dengan apa yang telah dilakukan oleh kedua saudara kembarnya. "Jujur sih, iya." Nabila menjawab, "lo nggak ada niat nyuruh mereka berhenti gitu? Karena gue yakin, lo nggak ikut campur dalam masalah ini." Nabila berucap yakin. "Sayangnya lo salah." "Hah?" "Lo bilang gue nggak ikut campur sama masalah ini. Lo salah, gue nggak bisa nggak ikut campur." Nabila semakin pusing, kenapa Barga ini senang sekali sih bicara berbelit-belit?! "Langsung intinya aja sih!" Nabila berucap kesal. "Intinya, gue juga mau berjuang buat orang yang gue sayang." "Lo─" "Kalo lo mau tanya siapa orang yang gue sayang, jawabannya udah pasti, itu lo." Wajah Nabila memanas, cepat-cepat dia menunduk untuk menyembunyikan rona merah yang tiba-tiba saja menjalar di kedua pipinya. Tanpa Nabila sadari, Barga juga diam-diam menyunggingkan senyum tipis, tidak percaya bahwa dia bisa mengungkapkan perasaannya. Sesederhana itu. Tapi mampu membuat wajah Nabila memerah. Raka dan Aksa kembali dengan masing-masing nampan ditangan mereka. Nabila langsung memakannya untuk menghilangkan rasa gugup yang muncul, tapi gerakannya itu justru membuatnya tersedak. Secara refleks, Barga, Raka dan Aksa menyodorkan gelas minumannya kearah Nabila secara bersamaan, bukannya meredakan, tindakan ketiganya malah membuat Nabila semakin tersedak. Nabila mengambil gelas milik Aksa karena sodoran laki-laki itu lebih dekat dengan tangannya, Aksa yang melihat itu secara langsung hanya bisa mesem-mesem seraya menepuk-nepuk pelan punggung Nabila. Barga dan Aksa mulai memakan bakso milik mereka, tapi tidak dengan Raka. Laki-laki itu malah bertopang dagu sambil memperhatikan Nabila yang mulai makan dengan hati-hati, ketika dirasa gadis itu butuh minum Raka dengan sigap langsung mendorong gelas gadis itu agar lebih dekat, lalu ketika Nabila habis menelan satu bakso, Raka akan mengambil bakso miliknya lalu dipindahkan kepiring Nabila. "Kok lo malah ngasih ke gue sih?" Nabila baru berucap karena ini sudah keempat kalinya Raka memberikan bakso miliknya kepada Nabila. "Belajar buat masa depan," jawab Raka asal, "kan kalo udah nikah, Raka bakal kasih nafkah buat Nana. Nah, sekarang Raka lagi belajar buat masa depan. Kalo belum bisa kasih nafkah uang, Raka kasih nafkah Nana pake bakso Raka aja." Baik Barga maupun Aksa langsung tersedak begitu mendengar Raka melafalkan gombal receh nan sederhana yang membuat Nabila merona lagi. Apa gadis itu memang tidak memiliki pengalaman pacaran, sehingga kalimat manis sedikit saja bisa membuat wajahnya memerah? Nabila sudah tidak tahan lagi, dia mendorong mangkuk baksonya sedikit lebih jauh agar bisa meletakkan tangannya diatas meja. "Gue bakal setuju sama Perjanjian kalian itu, asal kalian mau menuruti semua revisi yang bakal gue sebutin." "Apa?" tanya ketiganya bersamaan. Semua kalimat yang diucapkan oleh Lalisa tadi pagi kembali terngiang di kepalanya, Nabila sudah menyusun semua kalimat itu dengan sangat rapi, sehingga dia bisa mengucapkannya dengan tenang. "Pertama, kita nggak pacaran, kita cuma pedekate." Raka ingin buka mulut, tapi Nabila buru-buru menyela. "Kalo kalian nolak, gue nggak bakal setuju sama perjanjian itu." Mereka bertiga langsung bungkam. "Kedua, gue nggak masalah jalan sama kalian seminggu sekali, tapi gue punya hak buat nolak atau nerima ajakan jalan kalian." "Ketiga, gue juga setuju soal janji kalian buat nggak cemburu atau berantem lagi karena gue. Sekali lagi gue ingetin, kita pedekate bukan pacaran, jadi kalian nggak boleh cemburu kalo gue deket sama cowok lain." "Berarti Nana udah punya rencana buat deket sama cowok lain!" Raka langung protes. "Bukan gitu!" Nabila protes, "pokoknya, ikutin aja apa yang gue mau." Gadis itu menarik senyumnya ketika melihat ketiganya menggangguk bersamaan, seperti punya hak kuasa yang tidak bisa diganggu gugat, Nabila mengucapkan syarat terakhir yang bukan berasal dari Lalisa, entah kenapa Nabila hanya butuh mengucapkan ini, untuk berjaga-jaga terhadap firasatnya yang sudah buruk beberapa hari ini. "Terakhir, kalian bertiga harus ikut ke bogor waktu gue lomba."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN