33 : Cara Mereka Berbaikan

1144 Kata
“Mau langsung pulang atau mau ke mana dulu?” “Kalo akunya mau keluar dulu, kamu mau ajakin aku ke mana?” “Hm, makan… mungkin?” Nabila mendelik menatap Barga yang duduk di balik kursi kemudi di sebelahnya. “Seriously, Barga kamu juga perasaan tadi barusan ikut makan siang sama aku, Raka dan Aksa. Tapi kamu malah mau ajak aku makan lagi?” “Lah? Memangnya kenapa? Kamu takut gendut?” “Ih, bukan gitu!” Nabila berbalik dan menghadap Barga sepenuhnya, sedangkan laki-laki itu tetap fokus pada jalan raya karena mobilnya baru saja dijalankan walaupun sesekali netranya tetap melirik ke arah Nabila. “Aku nggak pernah takut gendut, aku suka makan dan kamu tau itu. Tapi ya enggak sekarang juga? Ini kita baru banget selesai makan dan baru turun, seenggaknya kamu kasih perutku waktu untuk mencerna.” Tidak ada jawaban dari Barga selama beberapa detik, bahkan selama dua menit sampai akhirnya mobil terhenti di lampu merah. Laki-laki itu baru menoleh ke arah Nabila dan memperhatikan pacarnya itu dengan seksama. “Bila, kamu tau nggak sih?” “Tau apa? Kamu belum kasih tau.” Kedua tangan Barga langsung terjulur cepat diletakkan dimasing-masing pipi Nabila, tidak hanya diam saja pada akhirnya pipi itu menjadi sasaran Barga atas kegemasannya terhadap Nabila. “Kamu tuh gemes banget! Kamu sadar nggak sih?” “Ga—sakit! Astaga—Barga!” Barga nyengir lebar, mengusap pelan kedua pipi Nabila sebelum menjauhkan kembali kedua tangannya. “Jadinya ini kita mau ke mana cantik? Bentar lagi aku harus belok kalo kamu mau langsung pulang.” “Hm.” Nabila berpikir serius, terlalu lama sampai-sampai Barga sudah melewati belokan untuk menuju rumahnya. Tapi jawaban yang Nabila berikan justru membuat Barga sedikit kesal. “Aku nggak tau.” “Bil, ini rumah kamu udah lewat loh, kalo mau puter balik lagi harus muter jauh.” “Jadi kamu pamrih ini nganterin aku?” “Bukan gitu, tapi kamunya plin-plan.” “Hehehe.” Barga menghela napas berusaha menyabarkan dirinya sendiri, kenapa Nabila tiba-tiba bersikap menyebalkan seperti ini? Tapi yang lebih menyebalkan adalah kenapa Barga tidak bisa marah padanya? Nabila itu terlalu lucu dan Barga tidak tega memarahinya. Bahkan selama bertahun-tahun bersama pun Barga tidak pernah sekalipun marah yang sampai harus meledak pada gadis itu. Kesal sedikit pasti ada dan sering karena hubungannya dengan Nabila tidak berjalan semulus itu, pasti ada hal-hal kecil yang bisa membuat mereka bertengkar. Untung saja baik Barga ataupun Nabila, mereka berdua adalah tipe yang selalu mau mendengarkan penjelasan dan tidak akan mudah percaya dengan perkataan orang lain sebelum mendengarkan lansung dari mulut masing-masing. Tapi, setiap masalah yang ada harus selalu ada penjelasannya. Barga tidak pernah mau terlalu lama menggantungkan masalah dalam hubungan, maka sebisa mungkin setiap kali ada selisih paham antara dirinya dengan gadis itu, pasti Barga akan selalu mencari cara untuk menjelaskan dan menyelesaikan. Begitu pula dengan Nabila. Gadis itu adalah pendengar yang baik dan Barga benar-benar bersyukur dengan sifat Nabila yang satu itu. Nabila tidak pernah menuntut Barga untuk sebuah penjelasan, gadis itu akan menunggu kapan sekiranya Barga akan menjelaskan, tapi selama masa itu biasanya Nabila akan diam saja, dia benar-benar menunggu Barga untuk lebih dulu menjelaskan. Selisih paham yang terjadi diantara mereka pasti akan cepat selesai. Barga masih ingat dalam sejarah masalahnya dengan Nabila ada satu masalah yang bisa dibilang paling besar daripada masalah-masalah yang lain. Karena waktu itu Nabila mendiamkannya hampir dua minggu penuh. Gadis itu menolak untuk menjawab pesan dan mengangkat telepon, dan yang lebih parah adalah bukan Barga saja yang dia diamkan melainkan Lalisa dan bahkan Zinde, jika kedua gadis itu sudah membahas Barga maka Nabila tidak akan membalas pesannya lagi. Dan permasalahannya adalah karena Barga kecelakaan. Waktu itu di hari senin pukul tiga pagi Nabila tiba-tiba menghubunginya, benar-benar menghubunginya sampai menelpon berkali-kali hingga Barga terbangun dari tidur lelapnya. Gadis itu menangis dan bercerita bahwa dia baru saja memimpikan Barga berdandan sangat tampan dan setelah itu mengalami musibah, Nabila tidak bisa menceritakan dengan rinci karena dia bilang rasanya menyakitkan ketika terbangun dari mimpi itu. Pada jam tiga pagi, dengan sulitnya perbedaan kota yang mereka alami pada akhirnya Barga berusaha menenangkan gadis itu, berusaha membuatnya kembali tertidur dan melupakan mimpi barusan. Untung saja Barga berhasil. Tapi sayangnya ketika pagi tiba, Nabila kembali menelponnya dia bilang bahwa hari ini dia akan sibuk dan akan sulit dihubungi karena ada sesuatu dalam kuliahnya yang harus dia urus. Barga memaklumi. Tapi yang aneh adalah Nabila meminta Barga untuk tidak pergi kemanapun pada hari itu, benar-benar menyuruh Barga untuk diam saja di rumah karena Nabila memiliki feeling yang kurang baik hari ini. Awalnya Barga sudah berjanji untuk tidak pergi kemana pun dan meminta Nabila untuk percaya padanya agar gadis itu bisa fokus pada kuliahnya. Tapi di sore hari menjelang malam, Nabila tiba-tiba dikabari oleh Raka bahwa Barga kecelakaan. Laki-laki itu mendapatkan panggilan untuk terbang pengganti karena salah satu temannya tidak bisa masuk. Namun naas, Barga justru mengalami kecelakaan ketika hendak berangkat ke sana. Kecelakaan yang hampir saja membuat nyawanya hilang dan jelas membuat Nabila marah besar. Gadis itu tidak membalas pesan dan mengangkat telepon Barga, ataupun teman-temannya ketika membicarakan laki-laki itu. Bahkan Nabila tidak menanyakan kabar laki-laki itu padahal dia baru saja kecelakaan. Nabila benar-benar sulit dihubungi selama hampir dua minggu sampai pada akhirnya dihari ke-tiga belas gadis itu tiba-tiba saja hadir di depan pintu rawat Barga. Ada setitik air mata yang mengalir dipipinya sebelum dirinya berlari dan memeluk Barga yang masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit. “Aku kan udah bilang buat jangan pergi kemana pun! Aku nggak ceritain mimpi itu secara detail tapi asal kamu tau di dalam mimpi itu kamu ninggalin aku! Kenapa kamu nggak mau dengerin sih?!” Sapaan pertama yang keluar setelah lama tidak bertemu adalah kalimat itu. Nabila bercerita bahwa dia marah karena Barga tidak mendengarkannya. Nabila tidak bisa izin pulang dan dia marah, dia tidak bisa ada disamping Barga karena ada praktek yang harus dia selesaikan di Malang. Itulah mengapa Nabila menghindari untuk membalas chat dan mengangkat telepon Barga karena dirinya takut nekat untuk tiba-tiba pulang dan meninggalkan kuliahnya, Nabila harus menyelesaikan prakteknya selama dua minggu baru dia bisa pulang ke kotanya untuk melihat laki-laki itu. Barga yang mendengarnya hanya bisa terkekeh dan terus meminta maaf atas kelalaiannya. Bagaimanapun juga dia tidak bisa menolak jika ada teman yang membutuhkan bantuannya. Dan Barga berjanji untuk lebih hati-hati ke depannya. Itu adalah satu dari sekian banyak masalah yang pernah hadir diantara mereka. “Jadi kita mau kemana ini Nabilaaaa?” Nabila terkekeh melihat raut wajah Barga sudah cukup kesal menghadapinya. “Kita pulang aja, ya? Hehehe.” Ada satu cubitan gemas yang hadir di pipi Nabila karena Barga cukup kesal dan gemas disaat bersamaan. Mereka harus putar balik dengan jarak yang cukup jauh karena Nabila meminta pulang ke rumah. Tapi tak apa, setidaknya dari kejadian ini Barga bisa lebih lama berada di mobil bersama gadis yang dia cintai.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN